Dari Redaksi

5 Rapor Masak Saya

5-rapor-masak-saya

Bicara soal pendidikan dalam masak memasak, di sepanjang hidup saya ada lima pelajaran penting bagi saya. Inilah rapor saya selama ini.

Pelajaran Pertama: Menumbuk
Pertama kali masak, dapur saya sangat terbuka. Mungkin usia saya 6 tahun saat itu. Di halaman depan rumah, saya dan anak tetangga sebaya sibuk menumbuk daun-daunan yang kami petik dari halaman. Begitu kerasnya saya tumbuk daun-daunan yang ada, sampai aroma getah daun hijau mentah masih terngiang sampai sekarang. Padahal itu masih pura-pura tapi rasanya kami pemasak penting yang sedang mengulek bumbu.

Pelajaran Kedua: Merebus 
Masak yang sebenarnya, di atas api, baru saya alami di kelas ketrampilan di bawah Ibu Mien, guru SD di Sekolah Indonesia Cairo, Mesir. Saya dan teman sekelas belajar membuat setup jambu biji karena buah ini mudah didapat di sana.

Di depan kompor saya agak berjinjit untuk mengintip panci berisi jambu biji tenggelam di dalam air gula dan rempah-rempah. Setelah lama, tangan saya mulai terasa pegal mengaduk-aduk air yang terasa semakin berat. Ternyata airnya memang sudah mengental dan jambunya pun melunak. Ibu Mien mengambil sepotong jambu dari panci dan memotongnya dengan sendok di atas piring kecil, lalu mematikan apinya. Entah berapa lama saya menunggu sampai setup jambu tersebut dingin, dan saya bisa mencobanya. Biasanya bagian favorit dari jambu biji adalah bijinya karena rasanya paling manis. Tapi kali ini sampai jambunya pun terasa manis, apalagi dengan sirup gulanya. Di situlah pertama kalinya saya merasa bisa masak.

Pelajaran Ketiga: Membaca resep 
Masa SMA saya habiskan di Wellington, Selandia Baru. Orang di sana tidak punya ‘si mbak’ sehingga semua orang harus masak sendiri. Rasanya hidup saya dikelilingi oleh resep, resep dan resep. Dari halaman artikel sampai iklan, majalah-majalah dipenuhi dengan resep yang ingin menginspirasi pemasak-pemasak di rumah. Di supermarket pun selebaran resep gratis bertebaran dari bagian sayur sampai ke lorong-lorong tepung dan gula. Fotonya menggiurkan sampai hampir semua selebaran resep saya ambil, terutama resep-resep kue dan roti. Baru di akhir pekan atau liburan musim panas saya coba membuatnya. Mungkin dari sinilah tumbuh kegemaran saya untuk membaca resep, walaupun sekedar untuk membayangkannya saja.

Pelajaran Keempat: Punya resep andalan 
Di usia 16 ke 17, saya mulai hidup jauh dari orang tua. Tinggal bersama kakak saya dan seorang teman, kami harus bergantian masak setiap hari setelah pulang sekolah. Salah satu masakan andalan saya adalah karedok dengan resep dari majalah inflight Garuda. Pertama kali mencobanya, langsung dapat pujian sehingga halaman resep itu langsung saya sobek dari majalahnya, dan disimpan menjadi resep andalan saya. Sekarang entah kemana sobekan resep andalan saya yang satu ini.

Pelajaran Kelima: Belajar dari ahli 
Yang saya maksud ahli di sini bukan juru masak profesional, tetapi pemasak masakan tertentu yang rasanya enak bagi saya pribadi. Seperti pelajaran ceviche de pescado yang saya terima dari ibu dan tante teman saya asal Peru. Karena tahu saya sangat menyukai masakan ini, dan ini adalah resep andalan rumah-rumah di sana, suatu hari mereka memasakkannya untuk saya.

Saat mereka masak di dapur, semua langkah untuk membuat ceviche de pescado saya catat, dari ikan mentah sampai “dimasak” oleh air jeruk nipis. Semuanya tak luput dari kamera saya. Daging ikan putih segar tanpa tulang direndam dengan perasan air jeruk nipis yang banyak, diaduk dengan gilingan bawang putih, jahe dan cabai merah. Lalu ditambah irisan bawang bombai dan daun ketumbar. Setibanya di Jakarta, foto-foto langsung saya rangkai menjadi video dengan catatan saya tentang resep tersebut. Sampai sekarang setiap membuat di dapur saya sendiri, video resep ceviche de pescado ibu dan tante teman saya sudah siap di smartphone saya.

Begitulah lima rapor pertama dalam pendidikan masak saya. Nilainya mungkin terlalu pas-pasan karena di tengah itu saya disibukkan dengan pekerjaan di luar dapur. Tapi sekarang pekerjaan saya sudah kembali ke dapur. Entah pelajaran apa lagi yang akan saya temukan di dapur ini. Yang pasti saya akan selalu belajar untuk naik kelas.

Selamat hari pendidikan!