Aksara Bermakna

Aksara menjadi bermakna jika ditata menjadi kata atau kalimat. Makanan pun menjadi dapat dipahami ceritanya karena ada kumpulan aksara bermakna mendampinginya.
Pernah tahu dong atau jangan-jangan pernah mampir ke toko buku Aksara. Kalau masuk, selain ada buku, ada café - makanannya- juga (saya suka mampir yang di Kemang, sayang tutup sudah) Di Belitung, Andre Hirata lain lagi. Dia buka museum kata di desa Gantong.
Nah, kalau masuk juga ada warkop kupi kuli di situ. Kuat sudah sangka saya, pasti hubungan aksara dan makanan itu, erat adanya. Alam pikir saya pun melayang ke Babilonia, era-nya Raja Nebukadnezar. Raja yang mendunia ini mengokohkan kekuasaan dan pengaruhnya kewilayah jajahannya dengan melatih orang-orang pintar pilihannya dengan memberikan makanan dari dapur kerajaan serta mengajarkan tatacara makan dan aksara Babilonia.Ingat cerita Daniel dong, Daniel dan kawan-kawannya tidak hanya makan makanan Raja, nama mereka juga diganti dengan aksara Babilonia. Daniel disapa dengan nama Beltsazar di sana.
Contoh di era modern, kerajaan Inggris Raya. Kerajaan punya Ratu Elizabeth ini, terasa pengaruhnya buat dunia global. Lagi-lagi, aksara- Inggris-dan budaya makan lewat serimonial minum teh jadi media mempengaruhi koloni-koloninya, sebut saja Malaysia atau Singapura, dua negara tetangga kita. Bagaimana dengan Rasamasa? Misi Rasamasa memang ingin menjaga sekaligus melanjutkan resep-resep Indonesia dari generasi ke generasi, tidak saja di tanah Indonesia tetapi mendunia. Tentu,aksara punya kekuatan penting untuk misi ini, bukan?
Menyadari itu, beberapa minggu lalu bersama Rima Sjoekri dan Nurmalita, kami bercakap-cakap soal nama resep masakan Indonesia dan bagaimana penerapannya untuk Rasamasa. Tidak bisa dipungkiri Indonesia itu punya cooking method lokal, seperti mendoan, balado, atau masak dibuluh (bambu), dan banyak lagi. Persoalan datang, ketika kami coba menyibak makna katanya. Apakah kata yang artinya sebuah cooking method akan diletakkan sebelum nama bahan makanan atau sebaliknya? Kalau merujuk buku Mustika Rasa, keduanya dipakai, peletakkan kata yang bermakna cooking method sesudah bahan makanan atau sebaliknya. Selanjutnya, kesepakatan pun dituliskan agar punya pegangan untuk bergulirnya resep-resep bernilai generasi ini.
Sungguh tak terbayang dalam konteks itu kalau masih ada saudara sebangsa yang belum melek aksara Indonesia. Aksara bermakna sebuah cooking method itu pun bisa jadi mandul. Kekayaan kuliner Indonesia pun tidak mustahil akan makin tergerus dari dapurnya sendiri. Saya misalnya, orang batak memang, tapi buta aksara batak.
Akibatnya? Literatur budaya makan dan makanan beraksara batak (mirip hruf Arab Gundul) seperti lorong gelap buat saya saat ini. Aksara-aksara batak bisu tanpa makna buat saya. Kesesakan karena buta aksara ini, sedikit lega, soalnya jalan menuju ke 7 sudah lapang. Prioritas rencana Indonesia Pintar pun tak terbendung lagi.
Semoga hikmat-NYA menuntun mu, Jokowi-JK untuk pilih Mentri Pendidikan yang punya asa pantang menyerah untuk tuntaskan anak negeri buta aksara yang kata Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (16 September 2012) sendiri, jumlah buta aksara di Indonesia masih 6,7 juta orang!