Drama Masak Tengah Malam
Saya dan suami sepakat untuk merenovasi rumah dan menambah kamar anak. Soalnya, anggota keluarga kami akan bertambah. Karena itu pula, drama tengah malam terjadi.
Jauh-jauh hari sebelumnya,suami sudah berpesan agar persiapan renovasi ini kami hadapi dengan sesantai mungkin. Satu rumah kontrakan yang letaknya tak jauh dari tempat tinggal kami pun jadi rumah sementara kami. Barang-barang yang sangat kami perlukan ikut diboyong. Sementara, pecah belah dan yang menurut kami barang berharga lainnya, diamankan dalam satu ruangan yang dikunci.
Renovasi sudah berjalan dua mingguan lebih, kami sudah mulai nyaman dengan penataan seadanya di tempat tinggal sementara. Sasha yang melihat perubahan itu acap bertanya-tanya, ada apa dengan rumah kami yang dia kenal sebagai istana bermainnya. Saya tersenyum saja sembari menjawab hal yang sama ketika pertanyaan yang berulang dan itu-itu lagi terlontar dari bibir mungil bocah yang selalu penasaran itu.
Namun, ada yang mengganjal di hati belakangan ini. Jika biasanya Jumat malam saya sudah browsing menu di Rasamasa untuk mencari jenis masakan yang akan saya olah pada Sabtu pagi. Kini, kebiasaan yang menyenangkan itu menjadi agak tersendat. Ditambah, estimasi waktu dari kontraktor masih lumayan lama, butuh dua setengah bulan lagi untuk kembali kerumah. Wah, saya menjadi agak gerah, sudah sangat ingin bisa masak sendiri lagi. Hasrat untuk memasak sudah tak sabar menunggu lebih lama lagi. Saya rindu momen indah ketika menghidangkan masakan sambil melihat suami dan Sasha menyantapnya dengan lahap.
Akhirnya, Jumat menjelang tidur malam, saya mengulik Rasamasa. Aha! terik daging dan lodeh berhasil membuat saya menelan liur berulang-ulang. Namun ketika melihat rincian bumbu terik daging ada yang dihaluskan, saya langsung ingat bahwa ulekan masih tertinggal di rumah lama. Alhasil, di malam yang sudah larut itu, drama ngerayung ambil ulekan pun terjadi. Suami yang sudah terkantuk-kantuk berat mendadak harus bangkit dari tidurnya. Tertatih-tatih menyalakan mobil untuk segera meluncur menuju rumah. Tak lama berselang, handphone saya berdering, terdengar suara suami di sebrang sana, minta petunjuk dimana posisi cobek dan ulekan yang saya maksud.
Saat bersamaan, tiba-tiba saya muncul ide lain karena rasa lapar yang menyergap akibat tengah malam window shopping menu di Rasamasa. Saya, minta dibelikan bubur kacang hijau komplit dengan roti tawarnya, “Mumpung lagi di luar, mumpung...,” begitu pinta saya pada suami tercinta. Tentu saja suami hanya bisa pasrah lalu melanjutkan perjalanan keluar kompleks mencari bubur kacang hijau. Sekembalinya suami, saya terperangah, bukan hanya bubur kacang hijau dan roti yang saya terima, tapi juga pisang bakar cokelat dan bandrek susu. Saya selalu terkekeh jika ingat adegan itu, namanya juga ngidam. Hihihi..
Paginya, saya segera masak dong wujudkan hasrat semalam. Walau agak kagok sedikit karena alat masak dan bahan makanan yang letaknya berantakan di atas pantry. Sembari menanti Sasha kursus melukis di Sabtu pagi yang ditemani suami, saya mondar-mandir beberes di dapur dan ruang makan. Setelah lauk-pauk, cabai rawit rajang, buah potong, dan keripik kacang yang sengaja saya siapkan untuk camilan hari itu terhidang di mejamakan. Mereka pun tiba, serempak memanggil “Mamayeiii..” panggilan sayang mereka pada saya. Mendengar panggilan itu indah banget hari dalam hidup saya. Kami pun bersantap bersama, makan masakan rumah dengan nikmat.