Masak Di Rantau

Gulai Ayam Untuk Orang Amerika

gulai-ayam-untuk-orang-amerika

Sewaktu masih di Indonesia, saya sering heran mengapa orang Indonesia gemar memasang foto masakannya di jejaring sosial. Setelah berada di rantau, barulah saya paham mengapa.

Empat tahun lalu, saya sekeluarga pindah dari kota Jakarta tercinta ke Sacramento, California. Kotanya damai, tenang, dan udaranya bagus. Tempat tinggal kami tidak jauh dari downtown, sekitar lima belas menit dengan kendaraan pribadi. Di sana, semuanya ada. Mulai dari mal, kafe, dan ragam restoran. Namun, restoran Indonesia termasuk yang langka. Di California hanya ada beberapa dan jauh pula. Mau tak mau, untuk menikmati masakan Indonesia yang kaya dengan bumbu khasnya, kita harus memasaknya.

Berada di rantau membuat saya mengerti, mengapa orang Indonesia di luar negeri gemar memasang foto masakan, misalnya di Facebook. Ternyata, membuat atau mencicipi masakan seperti di kampung halaman tercinta rasanya memang begitu nikmat. Karena semua ini didapat melalui berbagai tantangan. Tidak seperti sewaktu masih di Indonesia, yang tukang sayurnya selalu setia mampir di depan rumah setiap hari dan pasar tradisionalnya pun mudah dijangkau.

Saya sangat beruntung punya suami bule yang suka masakan Indonesia, walau tidak terlalu suka pedas, sehingga saya harus mengalah mengurangi jumlah cabai di setiap masakan yang saya buat. Makanan favorit suami dan anak-anak saya adalah rendang dan ayam gulai.

Kebetulan suami saya pintar masak, jadi kami menerapkan pembagian waktu untuk memasak. Giliran saya adalah dari Senin hingga Jumat, tapi kadang kalau sedang bosan kami makan di luar. Kami juga suka mencoba resep baru sambil menikmati kebersamaan di dapur.

Bumbu-bumbu dari Indonesia, seperti kecap, lengkuas, kunyit, daun salam, serai, hingga bumbu gado-gado, mudah didapat di Shun Fat Supermarket, Asian store yang ada di Sacramento. Setiap kali ke sana, saya selalu kalap karena sebelum kami pindah ke kota ini jarak dari rumah ke supermarket ini sekitar 1 jam perjalanan. Dulu kami selalu stok beberapa bahan, seperti kecap manis, sambal botol, beras, emping, dan sebagainya.

Suatu hari, sepulang kantor, suami minta saya membuat masakan Indonesia untuk acara potluck di kantornya. Rekan kerjanya yang belum pernah mencicipi masakan Indonesia sangat penasaran.

Berbekal pengetahuan dari teman di sini, saya mencari informasi di internet. Selain itu, ada “pesan sponsor” dari suami supaya tidak terlalu pedas, karena rekannya tidak bisa makan terlalu pedas. Begitu gulai ayam buatan saya jadi dan dibawa ke acara kantor suami, saya berharap cemas bahwa rekan-rekannya menyukai.

Ternyata, usai acara santap, suami menelepon dan berkata, bos dan rekan kerjanya suka masakan yang saya buat. Komentar pertama mereka, masakan saya agak sedikit pedas untuk ukuran lidah mereka. Namun, “...nikmat, rasa bumbunya komplet, dan rasa pedasnya naik perlahan-lahan.”. Mereka sangat suka masakan saya, sampai tambah berkali-kali hingga habis ludes. Senang rasanya kalau orang asing suka masakan Indonesia!