Jamu Bukti Mentjos Berdiri Sejak 1940
Obrolan sore bersama Horatus Romuli, pemilik Jamu Bukti Mentjos di Jl. Salemba Tengah No. 48, Jakarta Pusat, membuat hati jadi menggelora. Saat Pak Romuli, begitu panggilannya, bicara, dia terlihat bersinar. Generasi ketiga dari pemilik kedai jamu ini begitu energik dan ramah. Tatapan matanya mengajak lawan bicara untuk terus berkonsentrasi menyimak kata-katanya. Berkarisma namun bersahaja, terasa sangat dekat dan merakyat. Tidak sia-sia perjalanan saya selama 3,5 jam untuk datang ke sana.
Semangat menjadikan jamu sebagai tuan rumah di negeri sendiri serta tamu di negara lain adalah pokok pembicaraan saya dan Pak Romuli pada hari itu.
Di warungnya ini, terlihat dua foto hitam-putih bergambar toko jamu di masa lalu, bukti bahwa warung ini sudah lama dirintis. Sejak 1940 di daerah Singosaren, Solo, laluboyongan ke Jakarta pada 1950, warung ini diturunkan dari generasi nenek-kakeknya, ke kedua orangtuanya, dan sekarang pada pria yang adalah anak ketiga dari empat bersaudara ini. Pak Romuli jadi penerus generasi Jamu Bukti Mentjos, mewarisi ilmu yang tidak serta-merta diturunkan, untuk dipegang dan dibagikan demi kesehatan masyarakat.
Suasana warung yang njawani dengan sentuhan modern, bangku yang mengelilingi meja seperti bar, serta pajangan yang tersusun rapi, membuat pengunjung nyaman. Ditambah lagi dengan alunan musik lembut. Beberapa orang terlihat menikmati sajian di mangkuk berukuran sedang. Bubur jali, begitu namanya, adalah menu sehat yang sangat cocok untuk pencernaan, apalagi bila dipadu jamu STMJ ginseng. Hmmm,... sangat enak, hangat, dan bikin berkeringat. Ide untuk menyajikan menu selain jamu ternyata merupakan masukan dari para tamu yang memang datang untuk bersantai. Bubur jali bisa dinikmati antara Pk. 10.00-21.15 setiap harinya, selain menu lain seperti bubur kacang hijau, biji salak, dan kolak.
Hari kian sore. Semakin banyak pengunjung yang datang. Baik yang mau minum jamu di tempat maupun dibawa pulang. Pak Romuli pun beranjak dari kursi tempat kami berbincang, untuk melayani tamunya. Saya ikut nimbrung dan bercakap dengan mereka. Ketika para tamu menuturkan keluhannya, Pak Romuli langsung meracik jamu sesuai kebutuhan. Gerakannya sangat cekatan, sambil mengajak tamu bercanda dan menyelipkan pesan-pesan sehat yang tidak berkesan menakut-nakuti.
Jamu seduh dibuatnya berdasarkan keaslian resep yang khas, dengan variasi yang sesuai kebutuhan pengunjung.
Bahan baku yang masih didatangkan dari Solo tetap dipertahankan untuk menjaga mutu Jamu Bukti Mentjos.
Dia begitu dekat di hati. Tidak membeda-bedakan siapa pengunjungnya, apakah itu tukang ojek maupun pejabat. Semua orang yang pulang tampak puas dengan pelayanan yang diberikan. Semua ini memberi bukti akan visi dan semangat juang yang luar biasa untuk memelihara warisan leluhur serta komitmen terhadap kesehatan orang banyak. Seperti papan bertuliskan slogan yang terpampang di warungnya, “Rakyat Sehat, Negara Kuat”.