Kangen Gudeg Yogya!

Atlet BMX Indonesia, Tony Syarifudin, percaya bahwa makanan ikut mendukung prestasinya. Ada satu makanan Indonesia yang selalu ia rindukan ketika jauh dari tanah air...
Tidak banyak orang tahu kalau sepeda BMX (bicycle motocross) diperlombakan secara profesional. Tak hanya trik seperti skateboard yang diadu dalam perlombaan ini, ada juga race seperti pada motocross . Indonesia punya beberapa atlet BMX yang bersinar di tingkat dunia. Di ajang Sea Games 2011 lalu, atlet-atlet BMX Indonesia menorehkan prestasi, salah satunya adalah Toni Syarifudin, yang memperoleh medali perak. Saya berkenalan dengan atlet berusia 22 tahun ini ketika saya turut berpartisipasi dalam Sea Games tersebut. Kini, Toni sedang sibuk menjalani berbagai latihan di Swiss. Rencananya, tahun ini ia akan mengikuti berbagai kejuaraan di Eropa, juga Asian Games 2014 yang akan digelar pada September-Oktober mendatang di Korea Selatan. Saat bertemu lagi dengannya, kami mengobrol tentang banyak hal, terutama soal makanan dan masak-memasak.
Menurut Anda, siapa saja, sih, yang harus bisa masak?
Sebenarnya, tergantung. Tapi, idealnya semua orang harus bisa masak. Apalagi yang sering bepergian dan tinggal jauh dari keluarga. Kalau bisa masak sendiri, kita lebih mudah tahu apakah makanan itu sehat atau tidak. Kita, ‘kan, tidak pernah tahu apa yang dimasukkan orang ke dalam makanan yang kita makan, kalau bukan kita yang buat. Kalau makan di luar, biasanya tempat makan itu lebih mementingkan apakah makanan itu enak atau tidak, tanpa memerhatikan berapa minyak yang digunakan.
Bahan makanan apa yang penting ada di dapur?
Minyak goreng, garam, merica, gula, dan ketumbar.
Bisa masak enggak? Biasanya masak apa?
Sedikit-sedikit saya bisa. Biasanya ikan goreng dan sambal. Ikannya hanya dilumuri bumbu, lalu digoreng. Kalau sayuran, biasanya dikukus sebentar lalu diberi sambal dan dimakan bersama yang lain.
Saya bukan tipe orang yang belajar masak lewat resep.
Jadi, kalau bahannya ada di dapur, ya dikira-kira saja takarannya. Kalau ingin ikannya lebih gurih, saya banyakin ketumbarnya.
Sekarang masih sering masak?
Sudah sangat jarang, apalagi di Swiss saya kerjanya latihan terus. Bangun tidur langsung langsung latihan, tenaga sudah pasti habis terkuras. Di sini juga sudah disediakan makanan yang menurut saya sehat, jadi sekarang jarang masak.
Anda percaya dengan ungkapan “you are what you eat”?
Percaya.
Orang yang makannya teratur kemungkinan hidupnya juga teratur. Karena saya atlet, harus makan yang sehat.
Saya bisa saja latihan sangat keras, tapi kalau tidak didukung pola makan yang bagus, semua akan percuma. Kalau sudah latihan pol-polan tapi pola makannya sembarangan, buang-buang waktu saja jadinya. Biasanya, saya sesuaikan pola makan dengan jadwal pertandingan dan latihan. Kalau sudah masuk fase pertandingan, saya makan yang mengandung karbohidrat saja. Sementara kalau fase latihan, yang saya makan mengandung protein dan karbohidrat, pokoknya rendah lemak. Saya juga terbiasa makan malam 3 jam sebelum tidur, atau lebih, karena kalau langsung tidur akan bikin gemuk. Gemuk karena lemak akan bikin tubuh lebih gampang capek dibandingkan gemuk otot.
Sering bepergian untuk jangka waktu lama, apa Ibu suka masak yang spesial saat Anda di rumah?
Tidak, sih. Ibu saya bekerja, jadi tidak sempat masak. Tapi waktu kecil, Ibu suka masak sambal teri. O ya, ada satu makanan yang aku kangenin kalau jauh dari Indonesia. Saya suka Gudeg Jogja Yu Djum yang ada di kampus UGM. Rasanya beda dengan yang ada di tempat lain. Bumbunya enak banget, deh!