Makan Enak, Yuk!
Lepas trimester pertama kehamilan, mood dan selera makan saya kembali… Makan, ah!
Selama trimester pertama lalu, hari-hari saya terasa lambat berlalu. Morning sickness yang saya alami cukup mengkhawatirkan. Bagaimana tidak, indera penciuman yang semakin tajam membuat saya kepayahan bertoleransi dengan aroma menyengat. Kegiatan makan pun bagaikan ancaman yang menyakitkan. Walhasil, saya pasrah kehilangan berat badan hingga 4 kg dalam sebulan.
Di tengah kondisi yang tidak enak ini, saya menenggelamkan diri dalam bermacam kegiatan yang menyibukkan pikiran. Sebab, jika bermalas-malasan, rasa eneg dan mual yang tak terbendung bisa menghampiri tanpa basa-basi. Obat penyemangat saya adalah ketika bertemu dokter setiap akhir bulan, wajahnya begitu menenangkan. Dengan berbagai cara, dokter kandungan yang juga menangani pemeriksaan rutin kehamilan dan kelahiran anak pertama saya ini berhasil menyeret kekuatan saya kembali ke titik paling optimal. Meski dia sempat bergumam khawatir dengan mata menyelidik dari balik kacamatanya saat mengetahui berat badan saya turun drastis dan tensi pun tidak begitu baik tempo hari. Saya hanya mampu tersenyum layu...
Syukurlah, itu semua cerita kemarin. Sekarang, kehamilan saya memasuki bulan kelima. Perlahan namun pasti, selera makan saya membaik bahkan mulai cepat lapar. Saran dokter untuk makan porsi kecil setiap dua jam agaknya tidak berlaku, karena porsi saya agak besar, he-he... Menu yang saya pilih juga tidak sekaku sebelumnya. Dulunya, untuk urusan makan yang terbayang hanya bihun kuah, sementara mencoba makanan yang lebih berat membuat aktivitas makan jadi semacam momok yang menakutkan. Kini adalah moment paling aman untuk mengisi perut dengan berbagai rasa.
Walau belum masuk dapur lagi untuk masak sendiri, melihat tampilan resep sayur lodehnya Petty, cumi cabai hijau, atau sambal goreng hati kentang di Rasamasa.com sudah bisa membuat saya langsung bikin daftar makanan yang akan dilahap sepulang kantor. Tentu saja, suami senang sekali dengan kemajuan ini. Kapanpun dan apa pun yang saya ingin makan, suami selalu sigap membelikan. Keseimbangan tubuh saya pun semakin prima, ditambah mood yang kembali agresif meluap-luap saat melihat hasil USG. Si janin tumbuh sempurna, sikutan dan tendangannya menjadi bahasa cinta yang tidak sebanding dengan apa pun.
Agenda ke swalayan sepulang kantor kembali dilakukan. Saya sudah bisa gagah berjalan di counter ikan, daging, dan bumbu. Aroma tajam yang selama empat bulan lalu paling saya hindari, kini sudah bisa saya terima dengan baik. Saya kembali berbelanja macam-macam kebutuhan dapur dan mengisi kulkas dengan antusias. Sambil mendorong troli, saya mengunyah lahap rempeyek kacang. Enaknya...
Link: