Cerita Resep

Misoa Tanggap Warsa Inspirasi Nenek

misoa-tanggap-warsa-inspirasi-nenek

Nenek menjadi inspirasi saya dalam menciptakan resep ini, selain tentu ada pengaruh budaya dan tradisi Tionghoa.

Apa arti Misoa Tanggap Warsa?

Ulang tahun biasanya identik dengan kue ulang tahun. Tapi pada bulan Desember tanggal sepuluh,saya justru tidak diberikan kue ulang tahun, malah saya diberi semangkuk misoa! Ini memang tradisi Tionghoa yang dilestarikan oleh nenek saya. Uniknya, beliau menyebut misoa buatannya itu misoa tanggap warsa, tanggap warsa dalam bahasa Jawa berarti ulang tahun.

Kapan pertama kali mencoba memasaknya sendiri?

Waktu kecil saya pernah memasaknya dan tentu saja rasanya tidak karuan. Dalam kesempatan lain, saya mencobanya lagi beberapa kali, terlebih setelah nenek saya meninggal.

Nenek begitu berarti buat kamu, mengapa?

Saya dibesarkan oleh nenek di sebuah kota kecil bernama Magelang. Nenek saya sendiri adalah seorang keturunan Tionghoa yang diangkat anak oleh orang Belanda dan tumbuh dalam kebudayaan Jawa yang sangat kental, karena itu pula hobi memasaknyapun tersentuh oleh kebudyaan yang membesarkannya. Salah satunya, ya, misoa ini.

Sepertinya, nenek punya cerita dibalik misoa tanggap warsa ini, bisa diceritakan?

Sampai dalam tahap pembuatanya mungkin beberapa orang merasa biasa saja.Tapi nenek punya filosofi dibalik semua bahan pilihannya. Misoa menurut beliau berasal dari kata “mi panjang yuswa” (bahasa Jawa) dalam bahasa Indonesia berarti mi panjang umur.

Bagaimana dengan makna bahan-bahan yang digunakan?

Daging yang dipilih adalah daging ayam dan sapi. Seperti pepatah Jawa yang mengatakan “ojo tangi awan-awan mengko rejekine ditotol pithik” (jangan bangun siang-siang nanti rejekinya dimakan ayam). Ayam melambangkan kemauan bangun lebih pagi sehingga bisa memiliki waktu yang lebih banyak untuk mencari rejeki. Sedangkan sapi melalui makanannya yang sederhana yaitu rumput, serta cara mengunyah makananya yang perlahan tapi berkali-kali, nenek saya mengartikannya sebagai seekor hewan yang melambangkan filosofi Jawa : Gemi setiti lan ngati-ati (hemat, cermat, dan berhati-hati). Kecap sebagai harapan manisnya hidup, dan sebagai penawar dari bawang merah, bawang putih dan merica yang memilki nuansa sedih dan emosi. Jahe menurut nenek, harapan agar hidup tetap hangat, sehangat disinari matahari. Hal ini berkaitan dengan telur yang dibelah dua dan ditaruh diatas misoa, sebagai lambang“Srengenge mletek” (matahari terbit).

Kalau proses memasaknya apa maknanya menurut nenek kamu?

Pada saat merebus misoanya dalam 1 menit ia mengaduknya hanya tujuh kali saja. Hal tersebut adalah sebuah doa darinya dalam satu tahun akan ada banyak angka tujuh, dalam bahasa Jawa angka tujuh diartikan “Pitu” nenek selalu mengatakan, “Mugo mugo bakal oleh pitu banjur Pitu kui bakal dadi pitu (semoga akan memperoleh tujuh, lalu tujuh itu akan menjadi tujuh) pitunjuk urip (petunjuk hidup), pitulungan (pertolongan), pitutur kang digugu (perkataan yang dipercaya), piturut (dituruti), pitulus (penerus) pituhu (nasihat), pituwah (nasihat)". Nenek mengaduknya kekanan, menunjukan waktu yang berjalan.

Bagaimana rasa misoa ini?

Rasanya menjadi beda karena doa yang nenek ucapkan setiap kali ia memasak, beliau menaruh jiwanya dalam masakannya. Ia menaruh sesendok cinta pada masakanya, dan semangkuk harapan pada misoa buatannya. Rasanya rindu bercampur haru setiap kali memasaknya.

Apa yang membuatnya berbeda dari misoa yang lain?

Selain cerita dibaliknya, misoa ulang tahun dalam tradisi Tionghoa ini biasanya berwarna putih dan hanya dibumbui bawang serta garam, lalu diberi telur.


Andre Wijaya Binarto (@andrebinarto)

www.djajadiningrat.wordpress.com