Natal Natal Natal

Memasuki bulan Desember, suasana biasanya terasa berbeda. Entah karena awan mendung menggelantung di langit atau karena undangan Natal yang makin deras berdatangan? Bisa jadi juga karena lagu-lagu Natal mulai berkumandang di pusat-pusat perbelanjaan. Belum lagi, keluarga-keluarga Indonesia yang sudah menghias rumahnya dengan tema Natal untuk menyambut hari kelahiran Tuhan Yesus Kristus.
Sejak kecil hingga sekarang jelang setengah abad usia, pengalaman saya merayakan Natal di Indonesia berbeda-beda.
Pernah pada suatu masa, karena kebijakan pemerintah, jalan-jalan utama di Jakarta yang ramai dengan kelap-kelip lampu Natal dan pohon-pohon cemara berhias (yang tidak hanya ada di hotel-hotel, melainkan juga di kantor-kantor), tidak ada lagi.
Berubah dratis. Keramaian itu menjadi senyap.
Saya masih ingat, salah satu kebanggaan saya dulu kala Natal adalah melihat kartu Natal yang tertata rapi di bawah pohon cemara. Kiriman dari orang terkasih sampai rekan-rekan beda agama. Sekarang saya kehilangan itu. Apakah hal serupa dirasakan juga oleh pembaca Rasamasa?
Di kampung saya sendiri, Motung, Sumatera Utara, masih ada Christmas carol. Sekelompok muda-mudi bertandang dari rumah ke rumah, mendendangkan lagu-lagu Natal. Setelah itu, mereka akan dijamu sang tuan rumah. Pada kesempatan ini, tak jarang ada kejadian “dari mata turun ke hati”, lho.
Di gereja-gereja, kesibukan juga memuncak, selain kehadiran umat yang juga membeludak. Saya dan teman-teman punya istilah untuk kondisi jemaat yang membeludak ini, “Kristen kapal selam”. Munculnya hanya setahun sekali. Semua dinamika itu, selalu membuat kita dapat berefleksi sambil menikmati sajian Natal.
Bicara sajian Natal, di negara tetangga, seperti Filipina, saat Natal pasti disajikan lechon atau babi panggang. Sementara, Australia identik dengan pavlova. Buch de Noel di Prancis dan masih banyak lagi.
Bagaimana dengan di Indonesia? Kalau lebaran, ada ketupat. Kalau Natal ada apa?
Tidak ada yang spesifik, sepertinya. Tiap keluarga punya hidangan khasnya masing-masing. Itulah keuntungan negara kepulauan, hidangannya pun beragam dan semuanya punya nilai cerita yang tak dapat diabaikan maknanya. Bagaimana dengan hidangan Natal di keluarga pembaca Rasamasa?
Makan adalah thanksgiving atas kehadiran dan penyertaan Tuhan. Semoga Natal tahun ini Anda bahagia dan semakin menemui makna-Nya dalam suapan hidangan yang disuguhkan Rasamasa kali ini. Mari wujudkan rasa syukur di tiap rumah tangga Indonesia, in every single day.