Dari Redaksi

Ngeblog Lagi, Yuk!

ngeblog-lagi-yuk

Akhirnya karena saat itu sudah era internet, saya pun memilih blog sebagai diary online saya.

Masih ingat kebiasaan saat menulis buku diary? Kalimat pertama yang selalu dituliskan adalah Dear Diary. Entah kenapa, kalimat tersebut seolah menjadi kalimat wajib setiap orang yang ingin menulis buku catatan harian.

Saya jadi teringat masa saya SD hingga SMP, selalu saja saya dihadiahkan sebuah buku catatan oleh Papa setiap ulang tahun. Menurut Papa, saya harus menuliskan kejadian yang seru dalam buku tersebut agar bisa diceritakan kembali saat saya sudah tua nanti dan bisa menjadi penulis seperti Enid Blyton, penulis favorit saya masa itu.

Tetapi tidak demikian saat saya masuk SMA. Papa hanya menghadiahkan satu buku catatan di ulang tahun saya yang ke tujuhbelas tahun karena menurut beliau, saya sudah cukup dewasa untuk memilih buku catatan sendiri. Akhirnya karena saat itu sudah era internet, saya pun memilih blog sebagai diary online saya.

Rasanya sudah hampir bertahun-tahun saya tidak menyentuh blog tersebut. Isinya sih tulisan mengenai patah hati, jatuh cinta, dan tentunya tentang persahabatan. Maklumlah, saat itu saya masih dalam masa puber, tak heran kalau hampir 80 persen isinya tentang percintaan. Saat saya kembali membaca blog itu, kadang saya tertawa mengenang kisah yang pernah terjadi dalam hidup saya.

Tetapi semenjak masuk kuliah, blog menjadi salah satu media saya menyimpan tugas kuliah yang sebagian besar berupa analisa film. Saat membacanya sedikit agak membosankan memang karena bahasa yang saya gunakan cenderung lebih serius. Rupanya, gaya penulisan saya berubah seiring semakin banyaknya pengalaman hidup yang saya lalui.

Saat sedang malas menulis blog, biasanya saya blog walking - istilah untuk menjelajah blog orang lain secara acak dan sering kali menemukan blog yang membahas mengenai makanan atau mengulas tentang restoran tertentu. Ada yang disampaikan secara naratif atau hanya berupa foto dengan irit data. Blog semakin mulai ramai sejak tahun 2005, saat Raditya Dika muncul dengan bukunya yang ia tulis berdasarkan blognya semasa kuliah. Sejak itu, rasanya bermacam-macam blogger bermunculan, termasuk foodblogger.

Saat bergabung dengan Rasamasa, saya selalu senang membaca blog yang ditulis tiap minggunya oleh Rima Sjoekri dan Sitta Manurung. Awal Rasamasa berdiri teman-teman lain di kantor memang belum percaya diri untuk menulis blog. Tetapi saat Rasamasa sudah menginjak usia satu tahun, teman-teman yang ada di Rasamasa diwajibkan menulis blog secara bergantian tiap minggunya dengan tema yang berbeda, namun tetap dengan sentuhan personal. Hal ini yang kembali memicu saya untuk menulis.

Saat mulai kembali menulis blog, saya akui saya cukup kaku saat menyusun kalimat. Terlebih lagi saat Rasamasa mengadakan acara Rasamasa Meetup bersama komunitas #Foodwar dan Blogger Reporter Indonesia beberapa minggu lalu. Agar lebih luwes, saya pun membaca blog milik beberapa blog reporter yang diutus. Kalau belum sempat membaca blog mereka, boleh singgah di: temanrais.blogspot.com, nannisa7.blogspot.com, goiq.blogspot.com, rayafr.blogdetik.com. Gaya penulisan mereka unik dan berbeda satu dengan yang lain.

Dari situ saya berpikir, blog memang memiliki banyak manfaat, bukan hanya sekedar sebagai catatan harian online saja, bisa juga menjadi tempat untuk promosi acara, informasi untuk membuat sesuatu, kumpulan opini, bahkan berjualan. Ternyata blog sudah cukup luas secara fungsi. Tiba-tiba saya jadi semangat untuk membuka blog saya kembali. Mampir juga yuk! ke blog pribadi teman-teman di Rasamasa, Dina Novita, Sitta Manurung, atau baca Blog Redaksi, blog Rasamasa yang muncul setiap hari Kamis.

Selamat Hari Blogger Nasional!