Masak Di Rantau

Nyolek Bakwan Jagung Di Shanghai

nyolek-bakwan-jagung-di-shanghai

Sebenarnya, ini bukan kali pertama saya datang ke restoran Bali Bistro. Namun, rasa penasaran dan kangen masakan Indonesia membawa saya kembali ke sana..

Meski telah tinggal berseberangan dengan restoran Bali Bistro di Shanghai sejak Juni 2013, baru di suatu hari Jumat di bulan Maret lalu saya dan seorang teman, Xiao Hui, bersantap di sana untuk pertama kalinya.

Sebenarnya, ada satu restoran Indonesia lainnya di dalam Jing An Park, yaitu Bali Laguna. Lokasinya yang berada di atas danau buatan dan pemandangannya yang hijau karena banyak pohon membuat restoran ini selalu ramai. Tapi, tampaknya lebih banyak orang asing bersantap di sana.

Sementara, Bali Bistro adalah restoran Indonesia yang dianggap paling otentik di kalangan teman-teman Indonesia yang tinggal di Shanghai dan sekitarnya.

Sebelumnya, saya memang sudah pernah membeli makanan di Bali Bistro untuk dibawa pulang, yaitu nasi kuning, nasi uduk, dan lontong sayur komplet. Sewaktu acara Old and New lalu, saya juga ngumpul dengan beberapa teman Indonesia di Shanghai. Kala itu, menu kami dilengkapi dengan perkedel kentang, tahu kipas, dan bakwan jagung Bali Bistro.

Ketika khusus datang pada Jumat malam itu bersama Xiao Hui, saya memesan soto ayam. Sementara Xiao Hui penasaran dengan lontong sayur komplet. Selain itu, kami juga pesan bakwan jagung untuk dimakan bersama. Sempat kepingin juga makan tahu kipas, sop buntut, terong balado, sepertinya kalau melihat menu Indonesia ingin dipesan semua! Untuk minumnya, Xiao Hui pesan es teh manis, “biar rasanya seperti sedang di Indonesia,” katanya. Oh ya, di sini juga ada menu nasi tumpeng, lho!

Saat kami datang, restoran tidak terlalu penuh, bisa jadi karena kami datang lepas pukul 8 malam. Malam itu kami makan bersama beberapa pasangan lokal serta beberapa orang yang berasal dari Indonesia. Kami memilih meja yang di dekat jendela, di lantai dasar. Meja di sini ditutupi taplak meja bercorak batik. Di tengah restoran dekorasinya juga khas Indonesia.

Tidak hanya di lantai satu yang ramai, lantai dua restoran ini juga cukup ramai, bisa juga digunakan untuk acara group dinner. Para pelayannya kebanyakan orang lokal, tapi kami saat itu dilayani oleh karyawan asli Indonesia. Restoran ini punya dua koki yang juga orang Indonesia.

Pesanan pertama yang datang adalah bakwan jagung dengan sambal terasi. Duh, langsung semangat ingin nyolek, tapi kami tahan diri. Bakwan jagungnya difoto dulu, baru dimakan.

Rasanya cukup otentik, meski saya pribadi lebih suka kalau bentuknya lebih tipis dan renyah.

Terasi dalam sambal terasa mantap, sambalnya pun tidak terlalu pedas.

Berikutnya, hadir soto ayam, lengkap dengan bihun, kol, taoge, irisan telur, dan suwiran daging ayam. Tak lupa, ada juga irisan jeruk nipis dan sambal. Sebenarnya, saya lebih suka sambal terasi pendamping bakwan jagung. Tapi, Xiao Hui lebih suka sambal soto, yang menurutnya lebih pedas.

Acara makan lalu dilengkapi dengan lontong sayur komplet yang datang terakhir. Lontong sayur ini komplit, ada lontong, kacang panjang, kol, wortel, telur ayam, dan kuah santan yang menggigit, tak ketinggalan sambal. Dari semua menu yang saya santap, saya paling suka bakwan jagung.

Ehm sepertinya, kalau sedang kangen lagi dengan makanan Indonesia, seperti tahu telur, terong balado, atau sop buntut, saya tinggal menyeberang saja!