Dari Redaksi

Pramuka Zaman Saya

pramuka-zaman-saya

Anak Pramuka itu, asalkan mahir dalam membuat berbagai macam simpul yang ada di buku saku, pasti bisa buat bermacam alat yang berguna.

Libur lebaran kemarin, saya pulang kampung ke Jogjess, sebutan populer anak muda di Yogyakarta untuk kota tercintanya. Saya bisa cuti untuk beberapa hari dari kantor, saya jadi punya kesempatan melintasi toko-toko yang menjual peralatan sekolah semasa kecil di wilayah Kotagede, kota dimana saya dibesarkan. Saya baru sadar, ternyata hampir disetiap toko yang saya temui memajang tongkat Pramuka di depan tokonya.

Saya pun bilang ke suami saya, "di sini (Jogja) cari tongkat Pramuka sama tali tambang dan perlengkan lainnya gampang, kalau di Jakarta, cari dimana?” Ternyata kita sama-sama nggak tau dan baru kepikiran, kegiatan Pramuka anak zaman sekarang ngapain aja ya?

Tongkat bambu, tali tambang, dan pathok merupakan tiga barang sakti anak Pramuka. Asalkan mahir dalam membuat berbagai macam simpul yang ada di buku saku, anak Pramuka itu kita bisa buat bermacam alat yang berguna, seperti simpul pangkal yang fungsinya sebagai permulaan ikatan pada tiang kayu atau simpul jangkar untuk membuat tandu serta mengikat timba. Dari tongkat bambu, tali tambang, dan pathok juga bisa dibuat gapura, tenda, rak sepatu, rak piring, jemuran baju, macam-macam pokoknya.

Di sekolah dasar saya dulu, acara kemah merupakan kegiatan seru yang ditunggu-tunggu sekaligus mendebarkan. Buat seorang anak kelas 5 SD, kemah selama 3 hari 2 malam, jauh dari orang tua, harus membuat tenda, tidur bersama anggota regu, masak, berbagi tugas, serta antri di kamar mandi umum, tentu menjadi pengalaman baru.

Begitu kami tiba di Bumi Perkemahan, para kakak pembina membagikan kain tebal berwarna putih yang berfungsi sebagai tenda. Lalu, ketua regu membagi tugas. Masing-masing kami sudah punya spesialisasi. Teman saya Lian, paling ahli dalam membuat simpul, sehingga dia punya tanggung jawab untuk membuat gapura karena di sanalah simpul-simpul rumit paling banyak ditemukan. Kawan yang lain, mendirikan tenda sekaligus menata tikar serta tas-tas seluruh anggota regu, memasang pagar serta membuat parit kecil mengelilingi tenda lalu ditaburi garam krosok sebagai antisipasi serangga nakal, lipan, termasuk ular. Sedangkan saya dan seorang teman, bernama Nadia, bertugas merapikan dapur darurat. Mengisi kompor dengan minyak tanah, merapikan bekal bahan-bahan makanan serta semua peralatan masak. Ternyata urusan makanan dan masak tidak pernah jauh dari saya sejak kecil

Banyak sekali lomba yang dibuat oleh kakak-kakak Pembina. Lombanya unik-unik. Saya ingat ada lomba memanjat pohon secara berkelompok. Ketika semua anggota sudah berada di atas pohon, mereka wajib menyanyikan lagu secara kompak. Peserta biasanya anak laki-laki, tapi kalau ada regu putri jago memanjat pohon tentu boleh ikut. Ada juga lomba menebak bermacam bumbu dan bahan masakan dengan mata ditutup. Hanya dengan mengandalkan hidung untuk mencium aroma serta tangan untuk meraba bentuknya, ditebaklah nama bumbu tersebut. Sudah bisa ditebak, tentu saya ikut lomba ini. Lomba yang paling menantang outbound. Di lomba ini, kami wajib menjawab pertanyaan dan menuntaskan tantangan yang ada di setiap pos. Regu pertama sampai di garis finish, dialah pemenangnya. Regu bunga matahari dimana saya tergabung memang tidak menang. Tapi kekompakan regu ini melewati setiap pos membuat kami akrab sampai sekarang.

Ah.. mengingat semua pengalaman ini, saya semakin mengakui kalau Pramuka itu seru dan banyak manfaatnya. Semoga anak SD zaman sekarang masih merasakan Pramuka yang sama seru dan mendebarkan, seperti saya dulu, tidak terbentur dengan pemikiran orang tua yang over protective terhadap anak, serta tenaga pendidik yang kurang bertanggung jawab.

Selamat Hari Pramuka teman-teman.