Sambal Botol Rumahan Yang Meledak-Ledak
Beberapa bulan terakhir ini, hampir selalu ada 3-4 sambal botol buatan rumahan di dalam kulkas di rumah saya. Padahal sebelumnya hampir tak pernah begitu..
Mungkin sambal botol bukan sesuatu yang baru bagi kebanyakan orang, tetapi buat saya agak beda. Berapa bulan terakhir sebelum tahun 2014 berganti, saya jadi lebih merasa lebih sering lihat sambal botol di mana-mana, dari swalayan sampai ke toko roti! Jadinya, kulkas di rumah dan kulkas di kantor pun diisi banyak sambal botol.
Apa sih, sambal botolan? Biasanya orang akan menyebut Sambal Bu Rudy, baru mengerti kalau ini bukan saus sambal, tetapi sambal ulek yang dibotolkan. Yang dijagokan adalah rasanya yang meledak-meledak, dan rasa tambahannya seperti udang, ikan roa atau cumi.
Di swalayan dekat rumah saya, satu rak didedikasikan untuk sambal botol rumahan. Malah ada sebagian lagi yang ditaruh di kasir. Dari pengalaman saya sebelumnya, dua posisi ini adalah posisi yang biasanya dibayar mahal oleh produk-produk bermerek besar.
Yang juga menarik, sambal botol ini kemasannya punya desain tersendiri. Mulai dari tradisional sampai ada anyamannya hingga desain sangat modern. Biasanya, saya akan lihat labelnya sesaat, dan cenderung langsung melihat daftar bahan dan bumbu. Soalnya, sambal itu mudah sekali membuatnya, jadi kalau pun harus beli, beli yang sealamiah mungkin. Selain dari swalayan, saya bisa pesan sambal rumahan buatan dari ibu-ibu.
Terakhir, saya beli sambal Bu Rudy, di toko roti Tan Ek Tjoan, Cikini, yang kini sudah pindah. Namun, paling puas kalau beli langsung dari ibu-ibu karena setidaknya jadi terasa masih dekat dengan sambal dadakan yang dibuat sendiri di rumah. Mungkin dengan alasan ini kalau kita cari di google dengan kata kunci jual sambal, merek sambal pertama yang muncul adalah Sambal Mertua.
Di kulkas di rumah, ada sekitar 4-5 sambal botol yang masih berisi ½ - ¾ penuh karena kurang terlalu enak. Bisa jadi akan bertambah jumlahnya karena saya masih terus usaha mencari sambal yang bisa membuat ketagihan. Hanya, masalahnya dari sambal botolan rumahan ini rasanya bisa berbeda-beda setiap beli.
Pernah, saya suka sekali sambal yang rasa pedasnya sampai menabok hingga langsung saya pesan lagi setelah habis. Ternyata tabokan kali ini turun menjadi tamparan di pembelian batch kedua. Jadilah 4-5 sambal botol yang masih lumayan penuh tadi untuk diolah ulang menjadi nasi goreng atau ditumis dengan telur atau terong. Selain rasa, mungkin yang membuat sambal botol ini laku adalah keserbagunaannya sebagai cocolan atau sebagai bahan untuk diolah ulang seperti untuk nasi goreng, telur dadar, atau terong balado tadi.
Di kulkas di kantor Rasamasa, sambal botol yang ada di lemari es kami lebih cepat habis. Pertama, semua suka pedas, kedua, sambal botol ini sangat membantu untuk menambah rasa pada makan siang kami. Apalagi kalau rasa pedasnya meledak-ledak, bisa jadi bahan obrolan jadinya.
Saya pribadi bisa membayangkan kalau sambal botol ini akan makin meledak di pasaran. Sebagai penyuka sambal, tentu saja saya senang kalau banyak pilihan rasa sambal botol di pasaran, tetapi saya akan lebih senang lagi kalau kualitas dan rasa sambal botol ini semakin konsisten di 2015 dan ke depannya!