Sekaten Dan Makanan Di Pasar Malam
Peringatan maulud Nabi Muhammad SAW selalu meriah di Yogyakarta lebih dari sekedar tanggal merah. Pasalnya di kota ini selalu ada acara sekaten dan pasar malam. Apa itu sekaten? Sekaten berasal dari kata ‘syahadatain’ (dua kalimat syahadat) yang kemudian oleh masyarakat lokal diucapkan menjadi sekaten. Sekaten diadakan untuk memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad SAW setiap tanggal 12, bulan Rabiul Awal.
Bagi saya yang dahulu menghabiskan masa kecil di kota budaya ini, perayaan sekaten sangatlah dinanti. Saat itu saya dilarang ikut menyaksikan acara ‘grebeg mulud ’ salah satu rangkaian acara sekaten dan hanya boleh menikmati pasar malam di alun-alun utara keraton saja. Nenek saya khawatir jika terdesak-desak ribuan warga yang berebut gunungan. Saya masih ingat beberapa kuliner khas pasar malam di alun-alun utara keraton Yogyakarta kala itu. Semoga sampai sekarang masih ada!
1. Roti molen
Setelah besar di Jakarta saya baru tahu nama lain roti tersebut adalah roti bantal. Karena memang dibentuk menyerupai bantal. Seringkali pedagang di pasar malam menggorengnya dengan wajan berukuran luar biasa besar! Sampai-sampai si mbah saya menakut-nakuti pernah ada balita nyemplung ke dalam wajan karena nakal dan tidak bisa diam. Si mbah sengaja cerita supaya saya tertib dan tidak lepas dari gandengan saat jalan-jalan.
2. Jipang yang dibentuk figur manusia naik sepeda!
Memang pedagang jajanan sangat cerdik menarik perhatian konsumen. Jipang, atau kerennya rice crispy, ini dibentuk figur manusia naik sepeda dan diberi pewarna merah jambu. Rasanya manis-renyah.
3. Endog abang (telur merah)
Telur dianggap sebagai simbol kelahiran. Maka untuk peringatan kelahiran nabi Nabi Muhammad SAW ini, simbah-simbah penjual endog abang akan mudah sekali ditemui. Telur ayam yang sudah direbus, mereka beri pewarna merah jambu ‘gonjreng’ pada cangkangnya, lalu ditusuk lidi dan dililit kertas bekas warna-warni. Sungguh kreatif!
4. The one and only: sego gurih! (nasi gurih)
Walaupun banyak yang beranggapan sego gurih dan nasi uduk itu serupa, saya tidak pernah setuju. Prinsip mengolah nasi dengan santan kelapa dan bumbu-bumbu memang sama, tapi entah kenapa lidah ‘jowo’ ini sulit menerima nasi uduk ala Betawi mampu menggantikan sego gurih. Lauknya ada kacang tanah goreng, kacang kedelai goreng, tempe goreng kering, irisan telur dadar, abon, irisan mentimun, serta sambal yang mirip sambal pecel tanpa diencerkan air itu. Istimewa! Iseng setelah menulis ini, saya sms adik sepupu saya yang tinggal di Yogyakarta. Katanya,”Isih ono sing dodol kae mbak, tur sekaten e wis arep rampung (masih ada yang jual itu mbak, tapi sekatennya udah mau selesai)”.