Cerita Resep

Semangat Penyajian Yang Tinggi

semangat-penyajian-yang-tinggi

Di mana saja akan ada makanan enak, siapa pun bisa memasaknya, begitu pandangan Nita Hanafiah (53), pemilik Al’s Catering. “Tapi, mata kita, ‘kan, ikut ‘makan’. Jadi, penyajiannya mesti cantik. Semua mesti jadi satu kesatuan,” katanya saat kami bertemu. Siang itu, Nita baru kembali dari Sumatera Barat. Perjalanan itu juga menjadi inspirasi untuk pengembangan resep baginya. Dengan penuh semangat ia bercerita tentang minuman yang ditemukannya di Padang, sambil menunjukkan beberapa foto yang ada di telepon genggamnya.

Daftar acara yang ditangani oleh Al’s Catering begitu sarat. Mulai dari acara hip seperti konser grup musik korea, sampai peluncuran salah satu produk Google. Bahkan, acara resmi di istana pun biasa mereka kerjakan.

Semua dengan semangat tinggi untuk menyajikan presentasi yang berseni dan memiliki sentuhan pribadi.

Untuk katering acara besar, kedua anaknya, Allesandra (Andra, 26) dan Avanda (Vanda, 24), langsung memimpin tim kreatif dalam menuangkan keinginan klien ke sketsa penyajian dan penataan meja. Sudah beberapa tahun terakhir ini mereka berkolaborasi dengan Putera Sampoerna Foundation untuk acara ulang tahun Putera Sampoerna. “Mereka memperkenalkan tenun, meja-meja antik Indonesia, bunganya pun tropis Indonesia. Keren, deh, “ cerita Nita.

Sambil menikmati kopi yang tersaji di Goedkoop, warung kopi milik Andra dan Avanda di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, Nita juga bercerita tentang masa mudanya. Bahwa ketika itu, masak nasi pun sebetulnya ia tidak bisa. Ibunya juga bukan orang yang terlalu suka masak. Sampai di suatu masa, Nita mengikuti kursus masak untuk mengisi waktu, saat ia dan Al, suaminya, menetap di Seattle, Washington, Amerika Serikat. Al’s Catering bermula pada 1990, dari resep panggangan Nita dan Al yang sering dihidangkan saat menjamu teman mereka di rmah.

Dalam mengelola katering, selain memerhatikan segi tampilan makanan, Nita juga terus mengembangkan resep-resep di dapur. “Banyak resep justru datang dari klien,” akunya. Pernah seorang klien minta dibuatkan minuman yang pernah disuguhkan di istana. “Minuman itu dari kopyor dikerok dan pakai es puter. Di atasnya diberi saus stroberi, di dalamnya dikasih potongan kolang-kaling merah. Jadi, warnanya merah putih, “ Nita mengulang penjelasan kliennya. “Ternyata setelah jadi, peminatnya banyak banget. Ya, sudah. Akhirnya disebut Es Istana.”

Berbekal penjelasan klien dan hasil pengamatan selama melakukan perjalanan, masakan dan minuman akan diujicoba di dapur hingga 3-5 kali, sampai rasanya mirip seperti aslinya. Setelah disajikan ke klien untuk dicoba, barulah resep dikeluarkan sebagai bagian dari menu. Setiap tahun pada bulan Februari, Al’s Catering meluncurkan hingga 10 menu baru dengan tema berbeda, seperti Tabula Rasa pada 2013 ini.

Al’s Catering kini telah berjalan selama 23 tahun. Nita sudah mulai memikirkan soal penerus usahanya, meski ia sebetulnya masih tampak terlalu muda untuk membicarakan hal itu.

“Banyak usaha katering yang turun karena tidak ada penerus,” katanya.

Awalnya, Andra tidak berminat, sampai akhirnya bekerja di bagian makanan pada satu majalah di Jakarta, dan malah menyukai dunia ini. “Akhirnya (dia) mau terjun ke situ juga. Ya, alhamdulillah, ‘kan, “ kata Nita sambil tertawa lega.