Siomay Venture Di Rumah Andi

Kalau meng-google nama Andi S. Boediman, akan muncul serangkaian portofolio bisnisnya yang sangat mengesankan di industri creative digital. Dari Digital Studio sampai Ideosource, venture capital. Apa sebenarnya venture capital itu? “Dalam venture capital, kita menanamkan modal/saham di perusahaan yang bergerak di jasa/produk digital (digital media, content, services, dan e-commerce). Biasanya perusahaan skala kecil diberi tambahan modal, lalu dibimbing dan dikembangkan menjadi perusahaan skala menengah-besar,” papar Andi, sapaan akrabnya.
Sungguh menarik bidang yang digelutinya. Lebih menarik lagi, ketika pria yang satu ini ditanya soal masakan rumah andalan, ia kembali ke siomay buatan mertua.
Suatu Minggu siang, saya dapat kesempatan untuk makan dan ngobrol bersama Andi dan Hennywati, istrinya, di kawasan Alam Sutera. Di seberang meja, Cheryl Thalia (11) dan Michelle Kiara (12), putri Andi dan Henny. Sementara di sebelah saya ada ibu mertua Andi, Tjai Liem Hiong/Lien Siang (69) dan suaminya Popong Budiwihardja (70) yang tinggal di Serpong. Siang itu, di meja makan ada pastel, nasi ayam hainan, dan siomay, semuanya membuat saya merasa sedang yum-cha di restoran cina.
Biasanya masakan sehari-harinya seperti ini? Henny: Kalau saya masak, secukupnya saja. Ayam masak hainan, bubur. Cuma, itu kan keluarnya malam. Hari-hari biasa, sih, menu anak-anak biasanya sop.
Saya dengar siomay ini spesial, ya? Lien Siang: Cucu, nih, pada doyan siomay. Jadi sering masak ini.
Andi: Itu favoritnya mama. Kalau bikin ini bisa dikasih ke orang. Adik saya dari Malang saja kalau datang kepenginnya makan siomay. Sampai dibawa pulang jadi oleh-oleh.
Henny: Biasanya Mama kalau bawa ke sini siomay sudah matang. Ini terbuat dari ayam cincang dan bengkoang. Biasanya dibuat dari babi. Enaknya dimakan dengan sambal asam manis dari cuka dan gula. Dan bisa dimakan kapan saja, sebagai camilan, bisa juga dengan nasi atau mi.
Lien Siang: Merah-merah di atasnya itu wortel, dulunya, itu telur kepiting.
Selain masakan yang ada di sini, biasanya masak apa lagi? Lien Siang: Kalau makanan Betawi, sayur asem. Pakai asem yang lebar dari Medan. Buatan saya sudah terkenal, bukannya sombong, ya, ha-ha-ha...
Popong: Sayur asem itu untuk dibagi ke anak-anak dan tetangga dekat. Sudah diplastikin sebungkus-sebungkus untuk dibagikan. Biar dekat dengan tetangga-tetangga. Biasanya, di perumahan, ‘kan, orang enggak saling kenal satu sama lain. Dengan ini jadi saling kenal. Sayur asemnya terkenal, ha-ha-ha...
Andi: Sayur asem Tante Lien.
Seperti zaman dulu ya, berkenalan dengan tetangga dengan masakan. Popong: Ada tetangga yang hobi mancing, kalau pancingannya enggak mau diolah bisa dibawa ke sini. Nanti kalau sudah diolah dibagi lagi, ha-ha-ha...
Lien Siang: Di tempat saya suasananya lebih akrab, lebih dekat dan kecil-kecil rumahnya. Sore-sore pun bisa jalan bareng.
Dari kedua putri Andi dan Henny, Michelle sudah mencetak dua buku cerita misteri untuk anak-anak, sedangkan Cheryl memiliki ketertarikan untuk masak. Menurut sang Nenek, Cheryl suka masak. Sementara sang Kakek mendorong cucunya untuk belajar bikin kuo tie pada neneknya. “Kuo tie itu seperti siomay, sebenarnya pangsit yang dipanggang. Sayurnya beda, tapi dagingnya sama, babi atau udang. Harganya mahal,” kata Popong.
Kalau Anda, bagaimana? Anda masak enggak? Andi: Wah, enggak pernah sempat masak. Pulangnya saja rata-rata jam 8 malam.
Selama bergerak di bidang digital, pernah bersentuhan dengan dunia masakan Indonesia? Andi: Di online shop pernah ada yang menjual produk makanan: jajanan pasar, keripik, puding lokal sampai internasional. Kalau ada tamu-tamu luar negeri yang datang, saya biasanya jamu di restoran bernuansa tradisional seperti: Kembang Goela, Bunga Rampai, Tesate. Mereka tertarik dengan nuansa resto yang sangat cultural dan penyajian makanan yang unik, serta citarasa yang kaya rempah. Asalkan tidak terlalu pedas.