Dari Redaksi

Stuck, Ngapain Nih?

stuck-ngapain-nih

Pernah dong ngalami stuck, seolah bingung mau ngapain padahal waktunya lebih dari cukup. Seumpama macet-lah, maju nggak bisa, mundur pun kena, buntut-buntutnya jalan di tempat.

Bukan di jalan raya doang loh yang bisa stuck alias jalan di tempat karena macet. Di rumah juga bisa stuck kok. Apalagi kala musim hujan seperti sekarang ini, hujan kerap turun deras dari pagi sampai sore. Menurut BMKG sih musim hujan puncaknya justru terjadi pada bulan Januari sampai Februari ini. Meski, pada bulan Maret tak tertutup kemungkinan hujan masih turun di beberapa tempat di Indonesia. 

Kala musim hujan bukan hanya macet terasa lebih dari biasanya, nafsu makan juga bertambah. Sepertinya, mulut ini tak capai untuk mengunyah, apalagi kalau makanannya hangat dan berkuah, ehm… Entah mengapa? Bisa jadi karena udara yang dingin, tubuh pun jadi butuh asupan kalori lebih untuk membakar energi melawan cuaca dingin, agar tubuh tetap hangat.

Untuk ini, beli makanan jadi yang siap santap memang gampang dan praktis. Tapi, kalau derai hujan deras tak henti-henti, belum lagi lingkungan jadi becek dan tukang ojek nggak ada yang mangkal, malas banget keluar rumah, bukan?

Kalau ngerasa stuck di kala hujan deras, turun ke dapur saja yuk! Intip apa isi kulkas yang ada. Bebas aja berkarya tak perlu masak yang canggih-canggih, cukup yang gampang, praktis, dan disuka semua orang. Salah satunya, apalagi kalau bukan goreng-gorengan?

Salah satu gorengan yang saya suka itu, bakwan jagung! Saking sukanya, saya pernah belajar buat bakwan jagung dari penjualnya langsung. Untungnya, si penjual murah hati kasih tahu rahasia kerenyahan bakwan produknya. Katanya sih, bakwan itu tidak boleh banyak menggunakan air, soalnya kalau adonan terlalu banyak air, akibatnya bakwan tidak akan renyah. Kalaupun renyah, hanya sesaat sesudah matang saja.

Dari tutur penjual bakwan itu, saya pun mencoba mempraktekkannya. Bakwan jagung buatan saya, sederhana saja sih. Tapi, beberapa kali saya suguhkan sebagai camilan saat kedatangan teman, atau untuk camilan saat musim hujan selalu saja habis. Katanya, renyah dan enak..hehehe…

Langkah awal, tentu saja pilih jagung kualitas baik. Pastikan biji jagungnya tidak terlalu berat dan padat serta manis. Biji jagung manis ini lalu dipipil. Kalau ngerasa repot pipil jagung sendiri, minta tolong saja sama pedagang jagungnya untuk dipipilkan, dijamin oke punya kok.

Adapun jenis tepung yang saya gunakan, tepung terigu campur tepung beras. Bisa jadi sama seperti bakwan jagung pada umumnya. Rahasianya, jangan gunakan tepung beras terlampau banyak tapi juga tidak boleh terlalu sedikit. Gunakan air matang yang telah dingin. Aduk adonan, pastikan adonan kental dan tidak encer, sehingga saat digoreng adonan tidak melebar karena kandungan cairannya berlebih.

Saat menggoreng, pastikan minyak yang digunakan dalam jumlah banyak dan panas. Perhatikan api yang digunakan, ada kalanya apinya besar namun ada kalanya pula perlu dikecilkan agar warna bakwan cokelat kuning keemasan jadi milik. Setelah matang, segera tiriskan di atas paper towel, agar minyak terserap.

Nah, kekhasan bakwan jagung saya itu, ada tambahan irisan tipis cabai rawit merahnya. Irisan cabai rawit merah ini dimasukkan ke dalam adonan sebelum digoreng. Jadi, rasa bakwan saya itu renyah dan ada rasa pedas yang samar-samar menggigit lidah. Bikin ketagihan! Nambah lagi, lagi, dan lagi…

Lagi stuck? Siapa takut? Buat gorengan aja. Intip saja resepnya di kumpulan resep gorengan.