Surat Bergambar

Sore itu saya teringat kembali akan hobi lama yang pernah saya tekuni dengan begitu bersemangat. Sebuah hobi yang menimbulkan satu misteri besar dalam diri saya...
Minggu lalu, saya membeli lemari baru dari lelang barang vintage yang digelar tetangga kompleks rumah. Sebelum lemari itu tiba di rumah, saya bongkar lemari lama sekalian menyusun kembali isinya sesuai klasifikasinya. Saat mengumpulkan buku-buku seturut ukurannya, saya menemukan beberapa postcard yang dikirimkan seorang teman yang dulu berdinas di Amerika. Saya tersenyum mengingat kembali kisahnya. Betapa postcard-postcard itu pernah jadi berhala buat saya, saking dinanti-nantikan kedatangannya. Tanggal pengiriman dan penerimaan yang dibubuhkan sebagai stempel menjadi momentum peristiwa, sementara pemilihan prangko dengan gambar menarik pada amplopnya menjadi misteri tersendiri buat saya yang ingin mengenalnya lebih jauh kala itu.
Bicara soal prangko, saya punya memori kuat tentang filateli pada zaman kejayaannya dulu, seputar tahun 1990. Saat itu, saya melanjutkan hobi kakak-kakak yang sudah berangkat keluar kota untuk melanjutkan kuliah. Serta merta, hobi filateli menjadi estafet yang cukup berharga bagi saya. Koleksi itu saya timang-timang untuk dipamerkan pada teman-teman sekolah. Sebagaimana peraturan seputar hobi filateli yang berlaku di rumah, pantang untuk mengoleksi prangko baru tanpa cap.
Semakin menarik gambarnya, semakin tua tahun penerbitannya, semakin jauh asal pengirimannya, dan semakin mahal harganya, maka akan semakin diakui dan terangkatlah gengsi orang yang pertama kali mendapatkannya.
Tak ayal, prestasi ini selalu melekat pada kakak laki-laki saya yang saat itu aktif di youth organizations lintas negara.
Melihat kompetisi filateli di rumah, saat itu saya memutuskan untuk ikut unjuk kebolehan. Dengan memiliki album prangko sendiri, saya mulai berburu setiap surat yang dikirimkan Pak tukang pos untuk anggota keluarga di rumah. Beberapa kali saya juga mencari sahabat pena dari luar kota, yang profilnya sering terbit di majalah-majalah—tentunya dengan tujuan mengumpulkan lebih banyak prangko dari luar kota. Segala jenis surat akan saya sortir, bagian prangko pada amplop saya sobek dan rendam di wadah berisi air selama beberapa menit. Setelah prangko lepas dari rekatan kertas amplop, prangko saya jemur di bawah sinar matahari dan sesudah kering saya susun di antara jajaran prangko lainnya dalam album pribadi saya. Saya merasa bangga sekali, meski koleksi itu masih seputaran dalam negeri.
Ketika suatu sore saat membongkar lemari lama saya itu, saya menemukan kembali setumpuk postcard dengan prangko berstempel USPS, pikiran saya terusik soal misteri pemilihan gambar. Selama ini, ada kembang beragam rupa, bentuk, warna, dan kumpulan binatang yang menggemaskan tak bosan untuk dipandang, apalagi hamparan panoramanya mengagumkan. Saya pun berandai-andai. Jika setiap orang boleh mencetak gambar sendiri untuk prangko yang akan dikirimkannya melintasi desa, kota, hingga benua, saya akan memilih gambar seri makanan. Kenapa makanan? Karena bagi saya, makanan dengan segala misterinya adalah kulminasi segala aktivitas kehidupan, yang bisa mendekatkan orang-orang yang terpisah jarak dan waktu. Ah, andai saja. Dan dari sekian banyak foto makanan yang ada di www.rasamasa.com, satu contoh gambarannya adalah soto yang mengenyangkan ini https://rasamasa.com/resep/soto-banjar. Seorang teman juga berhasil mendapatkan seri prangko makanan Indonesia, nama makanannya beberapa masih asing di telinga saya, seperti sup lobster kelapa muda, gulai iga kemba’ang, ayam cincang, lapis palaro, satai udang pentuk asam manis, asam padeh baung, dan lempak kuning. Apakah ada diantara pembaca setia Rasamasa memiliki resep-resep makanan tersebut? Jika ada yang tahu resepnya, mari berbagi, kirimkan resep Anda itu ke email@rasamasa.com.
Senangnya, tak terasa hari makin gelap. Walau terlambat lemari saya akhirnya tiba juga dengan selamat, Pak supir truk pengirimnya sempat salah alamat ke blok yang berbeda. Sebelum Pak supir pulang, saya menitipkan lemari lama saya tersebut padanya, berharap anak atau cucunya akan memiliki tempat untuk menyimpan koleksi