Dari Redaksi

Tahun Baru Imlek

tahun-baru-imlek

Beda banget merayakan Imlek sekarang dengan masa-masa tahun 1990-an. Masa itu pemerintahan Presiden Soeharto melalui Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967, melarang segala hal yang berbau Tionghoa. Thank God, sejak tahun 2003, Presiden Megawati Soekarno putri mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2002. Jadi deh Imlek hari libur nasional.

Selamat merayakan!

Aroma kebebasan tercium sedap.

Sedapnya makanannya juga jadi sampai ke indra pencecap. Mau tahu apa saja yang hadir di meja makan keluarga saat Imlek. Lima macam buah tak berduri (mi Swa, Ngo Koo), pisang, jeruk, buah lie, delima, dan semangka dipastikan tidak absen.

Masing-masing buah itu punya makna filosofinya. Pisang (Mandarin: xiangjiao), artinya membantu atau menolong. Manusia sebelum meninggal, harus melakukan kebajikan dan menjadi panutan generasinya. Kalau jeruk (Mandarin: kiet) itu rahmat. Setiap orang yang berbuat baik pasti akan memperoleh rahmat dari Tuhan.

Tiga buah lainnya, buah lie maknanya manusia wajib mematuhi perintah Tuhan, peraturan di masyarakat dan negara. Sedangkan buah delima (Mandarin: shiliu), shi artinya teladan. Manusia harus jadi teladan bagi sesamanya. Sementara, semangka (Mandarin: xigua), artinya belajar. Manusia harus terus belajar. Tiga buah ini masih bisa di-replace, tapi pisang dan jeruk, tidak boleh. Jadi kalau Anda melihat buah pisang dan jeruk mulai membanjiri pasaran, bisa jadi karena Imlek akan tiba. Tahun ini datangnya tanggal 31 Januari.

Tidak hanya buah, ada juga lumpia, mi panjang umur, dan kue keranjang atau lebih popular dengan sebutan dodol keranjang. Dodol keranjang (Mandarin: niangao) yang merupakan kue tahun baru disajikan dengan cara menyusun ke atas dengan mangkok merah di bagian atasnya. Dengan harapan,

Di tahun baru akan berlimpah rezeki seperti halnya tumpukan kue keranjang.

Lauk juga penting saat Imlek. Samsing pasti hadir, berupa lauk dari tiga jenis binatang, babi, ayam, dan ikan yang mewakili darat, udara, dan air. Selain itu, ada sup ikan atau sup daging (tanghun) melambangkan bahwa kegelapan atau nasib buruk di tahun lalu diganti dengan keberuntungan di tahun baru.

Yang manis-manis tak ketinggalan, tebu misalnya, bagi masyarakat Tionghoa merupakan simbol keluarga rukun dan bersatu yang membawa kemanisan layaknya rasa tebu. Hidangan manis lainnya, ada theeliau. Tiga jenis manisan, dari gula batu yang terbuat dari tebu, lengkeng kering masih berkulit, dan manisan labu yang dikenal dengan nama tangkwee. Diharapkan manusia selalu bersikap manis dan berbuat kebaikan kepada sesama.

Minuman wajibnya apa dong? Tentu saja arak. Arak dalam bahasa Mandarin jiu, artinya menolong. Arak sebagai hasil fermentasi air tapai beras atau ketan, banyak gunanya. Sebagai penghangat badan di musim dingin, campuran obat-obatan tradisional, dan penyedap masakan. Ibarat arak, kita sebagai manusia juga harus berguna dalam masyarakat. Ada juga teh, bunga, dan air jernih yang disebut sampoo. Teh adalah lambangyin dan air jernih itu yang. Bunga itu sendiri simbol garis penghubung antara sifat yin dan yang. Maknanya,

Hidup itu harus seimbang.

Lalu, bagaimana dengan kita di masa kebebasan ini, apakah kita masih sempat memaknai-dalam hidup yang serba tergesa-gesa ini-apa yang kita santap? Tahukah kita dari mana asal makanan kita? Dan, untuk apa kita makan?