Tak Terkenal Tapi Ngangeni

Sejak kecil, Rachman Chakim Mukhlas mempunyai minat yang besar dalam dunia seni. Rupanya dia juga suka berburu dan punya makanan kesukaan khas Banten, tanah leluhurnya.
Pada saat menimba ilmu di Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia-lah, pria yang akrab disapa Asep ini mulai serius menekuni dunia seni. Bersama beberapa teman perkuliahan, Asep membentuk sebuah band beraliran blues rock bernama Wonderbra. Bersama Wonderbra, Asep yang bertugas sebagai bassist telah wara-wiri dalam berbagai panggung, diantaranya, Jakarta Blues Festival, Jakarta Rock Parade, dan Jakarta Rockin’ Festival. Tidak puas dengan Wonderbra, Asep juga membentuk band beraliran rock Jepang bernama Amakusa. Jika tidak sibuk manggung, Asep akan menghabiskan waktunya untuk bermain game atau mengikuti pementasan teater.
Prinsip makan apa yang Anda anut?
Manusia adalah rantai teratas dari rantai makanan, the strong will win. Intinya adalah menjadi yang memakan atau dimakan. Saya tumbuh di Banten yang masyarakatnya masih menganut sistem tersebut. Ibaratnya kami ini pemburu makanan, benar-benar berburu makanan.
Punya kisah tentang budaya makan Banten?
Dulu ketika saya masih kecil, saya sering diajak ayah untuk berburu. Dulu, kegiatan berburu yang pertama kali saya lakukan adalah memancing. Waktu itu, saya dan ayah saya berhasil mendapatkan belut. Ketika memanggang belut yang didapat, ayah saya tidak memanggang belut tersebut sampai matang tetapi hanya setengah matang, masih mengandung darah yang menetes. Darah bisa diartikan sebagai kehidupan yang ada. Dan kami bahkan tidak membuang darah yang ada di dalam tubuh si belut. Dan jangan salah kaprah tentang hal ini, kami sebagai pemburu lebih menghargai makanan yang kami dapat.
Apa sih arti berburu buat Anda?
Berburu menurut saya adalah suatu cara untuk menjaga primal instinct dari manusia.
Bicara soal hidangan Banten, hidangan khas Banten seperti apa yang Anda suka?
Banyak sekali sebenarnya masakan khas Banten yang saya suka. Beberapa diantaranya adalah Angeun Lada dan Rabeg. Angeun Lada itu seperti sop daging, meskipun ada sayurnya tetapi lebih banyak mengandung daging.
Apa rasa dan keunikan Angeun Lada?
Rasanya pedas tapi kalau dibandingkan dengan masakan khas Padang, ya Angeun Lada ini masih tidak ada pedas-pedasnya. Namun, karena saya dari suku sunda, buat saya Angeun Lada pedas. Angeun Lada mempunyai bau khas karena masakan ini memakai daun walang sebagai bahannya. Daun walang ini juga hanya tumbuh di daerah Ciomas atau Pandeglang. Daun walang ini baunya seperti walang sangit. Jadi Angeun Lada adalah sop daging yang baunya seperti walang sangit. Namun meskipun bau, Angeun Lada ini enak dan ngangenin. Bagi orang yang tidak suka bau tajam, Angeun Lada sudah pasti akan bikin muntah.
Kenapa tidak memakai bahan-bahan aromatik untuk meredam bau walang ini?
Entah mengapa, kombinasi gurih dan pedas Angeun Lada hanya bisa didapat karena penggunaan daun walang ini. Dan sepertinya juga lebih ditekankan penggunaan daun walang untuk membedakannya dengan sop daging lainnya.
Angeun Lada ini bisa ditemukan bebas di Banten?
Jarang sekali sih, yang bisa memasak Angeun Lada juga hanya orang-orang di sekitar Ciomas atau Pandeglang. Angeun Lada juga biasanya hanya akan disajikan ketika seluruh keluarga berkumpul seperti di hari-hari besar. Jarang sekali dijadikan untuk makanan sehari-hari
Kenapa Hidangan Banten khususnya Angeun Lada kurang terkenal?
Karena di Banten budaya mendokumentasikan sesuatu masih sangat kurang. Sangat jarang sekali masyarakat Banten mau mendokumentasikan budaya yang ada. Padahal banyak sekali masakan-masakan khas Banten yang perlu untuk disebarluaskan.