Makan Bersama

Terinspirasi Acara Masak Di Televisi

terinspirasi-acara-masak-di-televisi
Suatu siang bincang dengan sutradara Ifa Isfansyah bersama keluarga kecilnya bergulir tanpa jeda, mulai dari karier, keluarga, hingga makanan...

Ketika Sutradara Terbaik FFI 2011, Ifa Isfansyah, menjadi tamu istimewa di Rasamasa, pilihan menu santap siang pun kami serahkan padanya. Saat menyantap ikan cakalang, sayur daun pepaya, asinan Jakarta, serta cendol durian nan segar bersama terasa begitu menyenangkan. Keramahan keluarga kecil Ifa, yang datang bersama istri tercinta, Kamila Andini, dan buah hati mereka, Rintik, yang cantik, menciptakan suasana makin hangat selama makan.

Setelah ada Rintik, apa ada perubahan dalam pengaturan jadwal kerja?

Yang jelas, saya sangat berubah. Dulu saya bekerja tak kenal waktu. Setelah Rintik hadir, saya jadi lebih teratur. Tidak mencampur waktu bekerja dengan waktu untuk keluarga. Setelah urusan kantor selesai, maunya cepat sampai rumah. Dalam bekerja, saya pun jadi lebih semangat.

Kalau bisa saya menyelesaikan pekerjaan sesegera mungkin, karena ingin main dengan Rintik di rumah. Sepulang kerja, ada permintaan makanan khusus tidak?

Tidak ada, santai saja. Kalaupun ada, tergantung selera. Umumnya saya suka makanan manis, mungkin karena orang Yogyakarta. Sedari kecil saya suka sekali gudeg, bahkan sampai sekarang. Ibu saya sangat pintar masak gudeg, tapi tidak setiap saat masak karena prosesnya lama. Di rumah, Ibu masak setiap hari, jadi kami tidak terpikir untuk makan di luar. Selain gudeg, yang sering dihidangkan adalah oseng-oseng, sayur lodeh, dan sayur nangka. Sementara kalau di Jakarta, saat kepingin makan gudeg, carinya ya ke restoran.

Anda bisa masak?

Saat bersekolah di Korea, saya tidak cocok dengan makanannya, sehingga harus mencoba masak sendiri. Pertama-tama masak saya ngawur, saya mengolah bahan yang bisa dimakan sesuai selera saya. Hampir setiap hari, saya beli bumbu Indonesia yang familiar di pasar swalayan, lalu saya racik sebisanya. Selain mengolah bumbu sendiri, saya juga dibantu bumbu instan Indonesia. Kebetulan saya juga dibekali bumbu pecel dan kering tempe, jadi rasanya masih seperti di rumah. Lima bulan bertahan dengan masak sendiri, akhirnya saya keluar dari comfort food itu dan belajar membiasakan diri dengan makanan Korea. Istri saya juga bisa masak, tapi masakannya itu, jarang bahkan belum pernah saya makan. Mungkin karena Dini lama bersekolah di Melbourne. Buat saya, menu yang ia sajikan bagaikan pelajaran buat saya untuk merasakan aneka ragam jenis makanan.

Pernah masak untuk istri tercinta?

Saya sangat suka nonton program TV khusus masak-memasak, seperti Asian Food Channel. Saya sampai iri, kok bisa mencampur bahan makanan yang satu dengan yang lain, lalu ketika dimakan rasanya enak sekali. Dari acara itu, saya jadi terinspirasi untuk rencana masak berikutnya. Saya pernah bilang ke istri, “Kamu enggak usah masak, biar saya saja.” Lalu, saya masak ala saya. Ha-ha-ha... Untungnya responsnya sangat positif. Istri memberi masukan dan saran, seperti menambahkan bahan yang kurang dalam masakan yang kami nikmati.

Omong-omong, bagaimana dengan Pendekar Tongkat Emas, sudah rampungkah?

Shooting sudah selesai, lokasinya diambil di Sumba Timur, saat ini sedang dalam tahap editing. Rencananya, 18 Desember ini filmnya dirilis di bioskop-bioskop. Pendekar Tongkat Emas berkisah tentang dunia persilatan yang terjadi di antah-berantah. Tak terasa siang menjadi sore. Bincang kami berakhir bersamaan dengan canda tawa Rintik. Sutradara yang memenangkan beasiswa di Fakultas Film dan Video Dongseo University/Im Kwon Taek Film School - Korea Selatan ini pun, bersiap pulang ke rumahnya di seputaran Bintaro bersama keluarga.


Bintang David Hutabarat