Terpesona Semburat Ubi Ungu
Warnanya menarik, tampilannya cantik. Rasanya? Makan, ah!
Sebenarnya, sudah lama saya ingin berbincang soal sejarah talam ubi ungu dengan Ibu Winarsih. Tapi, jadwalnya belum juga cocok, padahal anaknya, Karin, adalah teman saya. Akhirnya, saya pun bercakap lewat telepon dan mencari tahu sejarah kue buatannya ini.
Banyak yang beranggapan, membuat kue itu lebih sulit daripada masakan. Apa Ibu memang gemar membuat kue?
Awalnya, saya hanya bisa membuat beberapa macam kue. Tapi karena sekarang saya buka usaha katering, mau tidak mau harus menguasai segala jenis makanan, baik masakan maupun kue-kue. Saya mulai buat kue sendiri sejak 2009, waktu itu ada tetangga saya yang bingung mencari orang yang jual kue bolu. Dari situ, timbul keinginan membantu sekaligus mendapat penghasilan tambahan. Saya pun bilang saya bisa membuatkan kue itu, lalu kuenya dilihat tetangga lain. Sejak itu, saya sering melakukan inovasi resep.
Sejak kapan ibu mulai buat talam ubi ungu?
Waktu itu ada tren makan umbi-umbian. Saya pikir, semburat warna ubi yang ungu itu cantik. Kalau saya kreasikan jadi kue talam sepertinya akan menarik. Awal membuat kue ini, hasilnya sering melempem. Takarannya yang kurang atau airnya terlalu sedikit. Karena di Depok ada larangan makan beras, saya ganti tepung beras dengan maizena. Padahal, rasa ubi akan lebih enak kalau pakai tepung beras. Tidak disangka, banyak yang suka dan sering memesan kue ini. Menurut mereka, kue ini cantik. Saya lalu memberanikan diri ikut kompetisi membuat kue basah, dan talam ubi ungu dapat gelar juara untuk kategori makanan non-beras.
Saat talam ubi ungu jadi santapan kesukaan dan harus disediakan dalam porsi banyak, apa Ibu menyimpan ubi ungu di rumah?
Saya lebih suka membeli ubi yang masih segar. Kalau terlalu lama disimpan, ubi cenderung bau dan hasilnya jadi tidak enak. Saya punya toko langganan di Pasar Kemiri, jadi tinggal memesan saja kalau membeli ubi ungu. Kalau sedang tidak ada di pasaran, saya pakai ubi cilembu sebagai penggantinya. Harganya lebih mahal, tapi ini lebih baik daripada tidak ada sama sekali.
Pernah mengalami tidak ada ubi ungu ataupun ubi cilembu?
Pernah. Saat itu saya akhirnya membuat talam dari ubi putih biasa. Bisa ditambah rasa lain, seperti pandan. Kalau ubi ungu, 'kan, sudah ada cita rasanya sendiri yang terbentuk dari ubi itu ungu itu sendiri.
Ada banyak talam ubi ungu yang dijual di pasaran, menurut Ibu apa rasanya sama dengan buatan Ibu?
Beberapa ada yang sama. Namun, alhamdulilah sejauh ini belum ada yang sama persis dengan buatan saya.
Kreasi apa lagi yang Ibu buat dengan ubi ungu?
Ada banyak, misalnya bolu, puding, agar-agar, atau jus. Ubi ungu saya rebus sebentar, lalu diblender. Meski disebutnya jus, kelihatannya seperti bubur. Sekarang ini saya sedang terpikir ingin membuat brownies dari ubi ungu.