Masak Di Rantau

Tidak Putus Asa

tidak-putus-asa

Beberapa tahun menetap di Australia, satu hal yang paling saya rindukan adalah bika ambon. Demi bisa makan yang satu ini, saya rela berjuang mencoba membuatnya berkali-kali.

Di tempat tinggal saya di Lidcombe, Sydney, Australia, ada beberapa Indonesian store yang juga menjual bermacam makanan Indonesia. Tetapi, tidak ada yang menyediakan kue kesukaan saya, bika ambon. Menurut mereka, bika ambon sangat sulit dibuat. Demi memenuhi kerinduan akan bika ambon, saya memberanikan diri membuatnya sendiri. Beruntung, Indonesian store di dekat tempat tinggal saya menjual bahan-bahan dengan harga cukup murah, sehingga saya bisa sering mencobanya di rumah.

Kegagalan berkali-kali saat membuat bika ambon menjadi tantangan terbesar bagi saya. Bahkan, saya sampai kurang tidur karena sering membuatnya langsung sepulang kerja dari kantor. Saya selalu gagal membuat kue ini berpori, padahal pori-pori adalah ciri khas kue ini. Pada percobaan pertama, saya kocok adonan dengan mixer, lalu saya memanggangnya dalam oven. Hasilnya gagal karena kue hangus dan tidak berpori. Setelah bertanya-tanya pada teman-teman di internet, ada yang menyarankan supaya pintu oven dibuka sedikit ketika memanggang. Tapi hasilnya sama saja. Kue tetap hangus dan tidak berpori.

Menurut beberapa teman, bika ambon secara tradisional dipanggang dengan menggunakan pasir.

Awalnya saya berpikir untuk membeli pasir di toko bangunan. Tapi karena harus beli dalam jumlah besar, saya memutuskan mengambil pasir di pantai.

Pada eksperimen ketiga, pasir saya ayak terlebih dulu, lalu ditabur di dalam loyang kukis. Adonan beralaskan pasir lalu dimasukkan ke dalam oven. Hasilnya tidak lebih bagus, karena kue tetap tidak berpori dan hangus.

Saya akhirnya berpikir bahwa loyang cookies yang tipis menyebabkan kue hangus. Maka pada eksperimen keempat, saya gunakan wajan pemanggang daging (grill pan) sebagai wadah pasir, karena lebih tebal daripada loyang kukis. Adonan beralaskan pasir saya letakkan di atas kompor gas, bukannya dalam oven. Walau hasilnya kue tidak hangus, percobaan tetap gagal karena kue lagi-lagi tidak berpori.

Pencerahan datang ketika saya membaca di salah satu blog penggemar masak, bahwa adonan bika ambon seharusnya tidak dikocok dengan mixer.

Untuk kali kelima, saya membuat bika ambon dengan menggunakan pasir dan kompor, ditambah saya tidak mengocok dengan mixer.

Saya mengaduk adonan dengan tangan selama 30 menit sampai merata, dengan cara mengambil adonan dengan tangan lalu dibanting-banting (istilah bahasa Jawanya dikoplok-koplok). Saya lakukan ini berulang-ulang, sebelum dipanggang dengan alas pasir di atas kompor.

Hasilnya sungguh menakjubkan! Kali ini saya berhasil membuat bika ambon yang berpori dan tidak hangus!

Semua ini tidak bisa tercapai tanpa bantuan dan pengorbanan anak-anak dan suami tercinta. Mereka terlibat dalam perjuangan saya, mulai dari mencari pasir di pantai, membeli bahan kue, hingga proses pembuatan kue hingga larut malam. Dalam kelima eksperimen, mereka semua menemani hingga kuenya matang. Pengorbanan kami akhirnya membuahkan hasil, karena saya sekarang sudah bisa membuat bika ambon yang bagus dan enak.