Blog

Bernostalgia Ke Cikini

bernostalgia-ke-cikini

Sekiranya harus menyebutkan satu tempat bernostalgia makanan kegemaran, kota Yogyakarta akan pertama kali terucap oleh saya. Sayangnya, tidak setiap saat saya bisa ke sana. Lantas, apa ada satu lokasi di Jakarta, yang mampu menggantinya untuk sementara?

Ternyata ada! Cikini-lah tempatnya.

Pertama kalinya saya betul-betul memberi perhatian pada Cikini adalah saat melewati Taman Ismail Marzuki. Dahyang, sahabat saya, berujar kurang-lebih begini, “Nduk, aku seneng karo daerah Cikini, mungkin kowe yo seneng.” (Nduk, aku suka dengan daerah Cikini, mungkin kamu juga suka)

Setengah tahun kemudian ternyata saya bekerja di sebuah kantor yang letaknya sangat dekat dengan Cikini. Bergembiralah saya, karena di Cikini ada banyak sekali restoran tempo dulu.

Banyak yang percaya, usia restoran bisa jadi tolak ukur rasa makanannya. Karena sudah teruji oleh waktu.

Saya pun menyusurinya tempat makan di kawasan Cikini.

Dimulai dari melintasi bawah jembatan rel kereta api, dari Jl. R.P. Soeroso menuju Tugu Tani, di sebelah kiri jalan ada sebuah bangunan bercat hijau yang hampir selalu ramai. Di sanalah Bakmi Gondangdia berdiri. Awalnya saya sempat bingung mencari, karena tidak ada papan nama besar sebagai petunjuk. Setelah melihat lebih cermat, ada papan kecil yang sudah menghitam dan redup pula lampunya. Siapa peduli papan nama kalau sudah ketagihan rasa, mungkin begitu pikir pemiliknya.

Selanjutnya ada Restoran Trio, restoran masakan Cina yang konon sudah ada sejak 1947.

Kalau pernah nonton film Arisan 2, Anda pasti ingat kalau salah satu adegannya diambil di restoran ini.

Kala sedang merindukan roti zaman dulu yang sederhana tapi enak rasanya, Cikini juga punya jawabannya. Ada toko roti Tan Ek Tjoan. Rekomendasi saya adalah roti cokelat kacang, ketika saya mampir ke toko sesaat setelah roti matang, terlihat taburan gula saljunya (maklum, saya lebih sering beli dari tukang roti ecerannya, jadi taburan gula salju sudah dapat dipastikan leleh saat sampai di tangan saya).

Itu saja? Tidak. Masih ada gado-gado Bonbin dan Pempek Megaria yang tak perlu lagi saya ceritakan. Silakan mampir dan coba sendiri rasanya. Sedikit bocoran, bumbu kacang dari gado-gado Bonbin menggunakan campuran kacang mede! Terbayang, ‘kan, bagaimana legitnya?

Sembari menulis ini, otak saya memutarkan satu lagu lama berjudul Keroncong Kemayoran yang belakangan ini dijadikan permainan kata oleh beberapa Selebtweet.

Cikini (hei)

di Gondangdia (hei, hei)

Jadi begini (hei)

Lantaran dia,...