Di Balik Rasamasa #9: Asam Padeh Dari Dinda

Berhubung hobi saya makan, semua makanan buat saya rasanya cuma dua: enak dan enak banget. Di luar itu, saya punya satu kategori lagi, untuk makanan yang butuh waktu memasak khusus dan hanya muncul di waktu tertentu saja. Kategorinya saya sebut “Nikmat”.
Salah satu makanan yang masuk dalam kategori nikmat adalah asam padeh buatan Mama.
Kenapa istimewa? Karena Mama yang asal Sumatera Barat itu sebenarnya pandai masak, tapi malas turun ke dapur. Walhasil, kami harus tunggu sampai hari raya Idul Fitri supaya bisa menikmati masakan Mama.
Asam Padeh Mama beda dengan yang sering saya cicipi. Daging sapi, bahan utama dari masakan ini, dimasukkan ke dalam panci atau dandang tanpa dipotong terlebih dulu.
Ukurannya itu bisa sebesar empat kepalan tangan! Di samping itu, Mama juga sering menambahkan kentang atau tempe ke dalam asam padehnya.
Setelah daging empuk, diangkat dan ditaruh di piring besar, lalu diiris pipih melebar seperti daging steak. Setelahnya, di atasnya dituangi kuah asam padeh. Asam padeh cocoknya dimakan bersama nasi putih. Tapi karena Mama selalu memasukkan kentang ke dalam kuahnya, kami jadi sering makan dengan kentang dibanding nasi. Bahkan, lama-lama kami justru jadi lebih suka kentang dan tempenya! Gara-gara kebiasaan unik ini, kami sekeluarga lantas menyebut masakan ini Steak Padang.