Recipe Stories

Enak Sampai Ke Pucungnya

enak-sampai-ke-pucungnya

Kisah ini bermulai dari sebuah warung es yang didirikan oleh Zakaria, anak dari Haji Syamsudin Kombo, pada 1996. Suatu hari, ayah Bang Jack, begitu panggilan akrab Zakaria, pulang membawa ikan gabus, lalu meminta istrinya mengolah ikan itu dengan pucung (sering juga disebut keluak). Saat ikan sudah siap dimasak, datanglah seorang laki-laki ke kedai es, yang mengeluh lapar dan mencari makanan. Karena saat itu hanya Gabus Pucung yang tersedia, itulah yang dihidangkan.

Esok harinya, pria itu kembali mampir ke kedai es dan memesan gabus pucung. Dari situ, timbul ide membuka warung makan yang menjual gabus pucung. Ide ini terwujud pada 24 Desember 1996. Sejak itu, berita kelezatan gabus pucung buatan istri Haji Syamsudin tersiar dari mulut ke mulut. Warung kecil di tengah sawah itu berkembang menjadi rumah makan permanen, yang saat ini berlokasi di Harapan Indah, Bekasi.

Sejak buka pada pukul 08.00 hingga tutup pukul 21.00, Rumah Makan Gabus Pucung H. Syamsudin Kombo ini selalu ramai dikunjungi penikmat kuliner. Dengan uang Rp 25.000, kita sudah bisa menikmati lezatnya gabus pucung dalam porsi besar. Tampilannya saja sudah sangat menggugah selera. Potongan ikan gabus berdaging tebal dengan kuah yang kental, serta ditabur daun bawang.

Saat kuah diaduk, aroma harum langsung tercium.

Dan begitu dicicipi, perpaduan rasa asam, asin, dan pedas akan menyegarkan lidah kita.

Bang Jack dan ibunya sangat menjaga agar gabus pucung buatan mereka terjaga keaslian rasanya sebagai makanan khas kampung Betawi.

Demi menjaga kualitas mutu, rumah makan ini bahkan mempekerjakan orang khusus untuk memastikan pucung yang digunakan tidak berbau dan terasa pahit.

Tugas orang ini adalah mencicipi setiap pucung yang akan digunakan.

Rasa masakan yang autentik membuat rumah makan ini punya banyak pelanggan dari berbagai kalangan, mulai dari masyarakat biasa hingga pejabat dan selebriti. Dan siapa sangka, menyantap seporsi gabung pucung di sini ternyata dapat membangkitkan kenangan lama. Suatu ketika, ada seorang tamu sampai menitikkan airmata setelah makan gabus pucung di rumah makan ini. Sewaktu ditanya, ternyata makanan tersebut mengingatkan dia akan masakan ibunya saat di kampung. Hingga kini tamu tersebut menjadi pelanggan tetap. Bagaimana dengan Anda?