Hari Raya Hari Hidangan Favorit Keluarga

Suasana setahun sekali ini seharusnya pantang dilewatkan. Bukankah setiap keluarga Indonesia punya resep andalan menyambut lebaran? Resep-resep ini melekat di benak dan muncul dalam ingatan saat mau Lebaran. Uniknya, acapkali memori ini jadi penentu, kita hendak bertandang ke rumah siapa.
Rumah Rima, teman saya, misalnya, yang ibunya membuat tapai ketan hitam setiap Lebaran. Terlepas karena ibunya Rima ini salah satu yang dituakan, para kerabat yang bersilaturahmi akan terpuaskan selera makannya, setelah menahan liur setahun lamanya untuk satu-dua mangkuk tapai ketan hitam buatan ibu rumah keluarga Sjoekri. Tak seperti tapai ketan hitam yang umumnya disantap dengan lemang, di sini justru disantapnya dengan nasi ketan putih. Sederhana? Boleh saja protes seperti itu.
Tapi, bisa dipastikan Lebaran belum afdal kalau belum ada tapai ketan hitam dengan nasi ketan putih di rumah Tante Sjoekri.
Berbondongnya kerabat yang datang karena faktor posisi urutan anak dalam keluarga tidak hanya dialami Tante Sjoekri. Ibunya Anis, rekan di Rasamasa, juga begitu. Hanya saja, yang jadi andalan di rumahnya adalah ayam bumbu kuning dan sayur labu bumbu kuning, untuk disantap bersama lontong.
Di keluarga Anis, lontongnya dibungkus dengan daun pisang segar.
“Rasanya beda,” ucap Anis, yang terasa tak sabar menanti saat Idul Fitri tiba. Selain itu, ada juga kastengel dan nastar. Kue kering yang sangat popular dari masa ke masa ini jadi primadona kerabat saat bertandang silatuhrahmi ke rumah Anis.
Lita, teman saya yang asli Yogya, punya cerita lain lagi. Setiap Hari Raya, Lita pasti bertandang ke rumah budenya. Bersama sepupu-sepupunya, Lita memanjakan selera santapnya dengan opor entok, mangut lele, sampai rujak yang rupanya seperti asinan (bisa jadi seperti rujak serut), sambil berbincang akrab di hari yang fitri.
Kalau dipikir-pikir, sebenarnya makanan-makanan dan kue-kue itu bisa dibeli dengan mudah di restoran atau toko kue. Bahkan bisa dijumpai di pasar tradisional kalau tidak mau beli secara online. Tapi mengapa sang Ratu Rumah mau berjerih-payah mengolahnya dari jauh hari? Bukan sekadar untuk dapat pujian, karena sudah jadi trademark keluarga. Namun, banyak muatan nilai yang ada di dalamnya. Adalah eratnya tali silatuhrahmi di tengah mengikisnya nilai kebersamaan, yang diupayakan dengan membuat dan menyajikan hidangan andalan keluarga ini.
Sepertinya, selain mohon maaf lahir batin dengan para kerabat, PR (Pekerjaan Rumah) kita untuk lebaran tahun ini adalah mengarsipkan resep-resep andalan keluarga, agar tali silatuhrami tidak putus. Bahkan nyambung terus dari generasi ke generasi.