Merayakan Cinta Dengan Cilok

Suatu sore, saya dan adik tiba-tiba ingin sekali makan cilok.
Tahu cilok, ‘kan?
Itu, makanan khas Jawa Barat berbahan dasar tepung sagu, diolah dengan cara dikukus dan disajikan bersama saus kacang bertabur bawang goreng.
Saya kecanduan makanan ini gara-gara seorang penjual cilok yang mangkal di taman kampus IPB sewaktu kuliah dulu.
Cilok jajaannya hangat, kenyal, dan bumbu kacangnya super gurih nan legit.
Saya tahu, cilok itu jajanan senang-senang dan hampir tak ada kandungan gizinya. Tapi, bukankah sebagian orang Indonesia gemar jenis makanan seperti itu?
Dari rasa kepengin, adik saya lantas dapat ide. “Kayaknya kemarin di Taman Galaxy, gue liat ada yang jualan cilok, deh,” cetusnya.
Sampai sana, ternyata tidak ada kiosnya. Kecewa, akhirnya kami pulang.
Di perjalanan saya berpikir. Kenapa enggak bikin cilok sendiri saja? Sampai rumah, saya langsung googling resep cilok dari Natural Cooking Club. Ternyata tidak sulit. Saya langsung belanja bahan untuk masak di hari esok.
Sementara itu, adik saya ramai ngabarin teman-teman kami via chat di Whatsapp Group, kalau hari ini saya mau coba bikin cilok. Teman-teman janji akan main ke rumah sepulang kerja, khusus untuk mencicipi cilok buatan saya. Wah, jadi makin semangat dong saya masak!
Awal proses pembuatan cilok berjalan mulus. Adonan tepung sagu tani dan tepung terigu serba guna yang sudah diayak dibumbui bawang putih, merica, garam, dan sedikit gula pasir lalu ditambahkan irisan daun bawang, lalu diuleni dengan sendok kayu sambil dituang air panas berisi larutan kaldu ayam bubuk. Setelah kalis, adonan akan direbus dulu, baru setelahnya dikukus. Semoga adik saya senang sampai rumah nanti, ciloknya enak dan makannya banyak. Masak itu menyenangkan, apalagi kalau banyak yang suka, rasanya nggak ikutan makan juga udah kenyang.
Tiba-tiba saya dapat ide, bagaimana kalau cilok itu diisi abon sapi?
Saya pun menghabiskan waktu cukup lama untuk mengisi abon itu ke dalam cilok, kemudian membulatkannya lagi satu per satu. Tapi, saya tanggung menyerah di tengah jalan!
Ketika sore tiba dan adik pulang kuliah berbarengan dengan datangnya teman saya yang pulang kantor, cilok buatan saya sudah matang. Teman saya bahkan sengaja langsung menuju ke rumah saya tanpa pulang dulu ke rumahnya. Dengan santai, ia duduk di tangga dekat dapur rumah saya, menikmati sepiring cilok. Sedangkan adik saya? Tentu saja dialah yang paling banyak menghabiskan cilok.
Senang rasanya dengan komentar bahwa mereka suka cilok buatan saya. Sepertinya, ini cara paling tepat buat saya untuk menunjukkan rasa sayang pada adik maupun teman-teman. Tidak harus selalu setiap tanggal 14 Februari ataupun dengan cokelat. Melainkan bisa kapan saja dan bahkan dengan jajanan murah ala anak Sekolah Dasar, cilok.