Nostalgic Food For the Family

Rahasia resep ini terletak pada pilihan jagung yang baik yang sayangnya sulit didapat di Pulau Jawa.
Pertama membaca resepnya, saya membayangkan nasi campur jagung itu seperti nasi ketan dicampur jagung dan ditaburi gula, yang biasa dijual mbok-mbok keliling. Saat menelepon Alfonsa Koban untuk bertanya seputar kisah di balik resep ini, buyarlah imajinasi saya. Saya pun menyadari, betapa beragamnya makanan Indonesia. Inilah petikan percakapan saya dengan wanita yang akrab disapa Mbak Nana ini.
Yang terlintas di pikiran saya, nasi campur jagung itu adalah nasi ketan dicampur jagung rebus, seperti yang biasa dijual pedagang keliling. Apa nasi campur jagung termasuk camilan seperti itu?
Oh, beda sekali,.... [tertawa]. Buat warga Pulau Jawa, beras mudah didapat dan harganya tidak terlalu mahal. Tapi buat mereka yang tinggal di bagian timur Indonesia, beras sulit didapat. Dan, nasi campur jagung bukan camilan, melainkan makanan pokok.
Mengingat beras sulit didapat di Maumere, apa makanan ini disantap oleh semua kalangan?
Di Maumere, beras itu barang langka, hanya bisa didapat oleh mereka yang tinggal di perkotaan. Nasi campur jagung ini hanya dimakan oleh masyarakan menengah ke atas, itu pun belum tentu setiap hari. masyarakat menengah ke bawah biasanya makan singkong atau ubi.
Sampai sekarang masih rutin membuat nasi campur jagung?
Nasi campur jagung biasanya disajikan dalam perayaan yang mengharuskan seluruh keluarga berkumpul. Nenek dan Kakek yang selalu memintanya untuk sekalian bernostalgia. Sambil makan, Nenek dan Kakek sedikit bercerita, biasanya mereka bilang, “Beras itu mahal di Maumere. Kakek dan Nenek dulu hanya bisa makan ini. Beda dengan sekarang.” Bisa dibilang, nasi campur jagung adalah pengantar dalam sejarah keluarga kami. Saya sendiri baru dua kali ke Maumere.
Apa yang harus diperhatikan supaya nasi campur jagung yang dibuat enak rasanya?
Resepnya sebenarnya simpel, bahan-bahannya juga sedikit. Namun, yang paling sulit dicari di Pulau Jawa, juga di Jakarta, adalah jagung yang tepat. Di Maumere, jagungnya sudah dikeringkan. Jadi, jagung yang sudah dilepas dari bonggol dijemur sebentar, lalu ditumbuk dan dijemur lagi. Jagungnya tidak boleh hancur. Sedangkan di Jakarta, kami biasa membuat nasi campur jagung dengan bahan jagung yang biasa dipakai untuk pakan burung. Ya, mau bagaimana lagi. Rasanya tentu berbeda dengan yang dari Maumere.
Apakah ada tip dalam pengolahan jenis jagung yang digunakan untuk pakan burung?
Untuk menyiasati bau yang agak tidak enak, biasanya kami menambahkan jeruk nipis, garam, atau gula pasir ke dalam adonan. Rasanya tetap tidak seenak yang di Maumere, tapi setidaknya bau dari jagung sudah berkurang.
Pernah ada protes dari generasi yang tidak pernah tinggal di Maumere?
Tidak pernah, sih. Rasanya memang kurang enak tapi karena kakek nenek selalu bercerita tentang sejarah di balik resep ini, jadinya, ya, dimakan saja. Jadi makannya lebih ke makna value-nya.
Alfonsa Koban, Nasi Campur Jagung