Blog

Pers dan Masakan Kita

pers-dan-masakan-kita

Saat Jakarta terendam banjir, harga telur, minyak dan cabai juga cenderung naik karena jalur distribusi terputus dan gagal panen. Dua hari lalu, kita tahu dari siaran berita Liputan 6 SCTV kalau harga telur dan minyak sudah mulai surut. Jika ditawar, bisa-bisa kita disuruh pedagang untuk beli langsung dari TV karena kenyataan harga pasar selalu tidak merata. Walaupun begitu, sadar harga menurut saya tetap penting. Sejak dulu, Radio Sonora Jakarta terkenal secara rutin membacakan harga sayur mayur sebagai bagian dari program beritanya. Dulu saya kurang mengerti untuk apa, tapi ternyata penting.

Dulu, berkat resep dari majalah yang dimasak kakak saya, saya sudah kenal rasa daging masak habang Banjarmasin tanpa pernah ke Banjarmasin. Hobi kakak saya memang mencoba resep-resep bundelan kliping resep favorit dari majalah-majalah. Di masa itu, Femina secara teliti dan disiplin menguji semua resep yang dicetaknya. Saya ingat, resep-resep yang lolos dari Dapur Femina sudah pasti jadi. Setelah ke Banjarmasin dan mencoba rasa masak habang yang sebenarnya, ternyata rasa daging masak habang kakak saya memang mirip dengan aslinya.

Lain dari majalah Femina, rubrik “Dapur Kita” di koran Kompas tampil setiap hari Minggu memberikan rasa santai di antara segala berita lainnya. Rubrik ini dikelola sejak 1971, oleh Julie Sutarjana (92), seorang ahli masak resep terlama di negeri ini. Konon beliau sendiri yang menguji dan menulis resepnya sampai kini.

Pers yang berasal dari kata press untuk cetak, sekarang sudah merambah ke dunia digital. Beberapa tahun terakhir Kompas melengkapi rubrik kulinernya dengan “Jelajah Kuliner Nusantara”. Demi mendalami makanan yang sedang diteliti, wartawannya sampai menjelajahi Sabang hingga ke Merauke. Rubrik ini bisa dibaca di koran, tapi juga bisa dilihat di app.

Selamat ulang tahun, pers Indonesia!